Beberapa daerah diperkirakan akan mengalami kekeringan akibat dampak El Nino, yang berpotensi menyebabkan gagal panen. Presiden memperkirakan dampak El Nino akan mulai terasa pada bulan Agustus 2023. Di sisi lain, beberapa negara seperti Vietnam dan India sudah menghentikan ekspor beras.
Hal ini menuntut Indonesia untuk lebih siap dalam menyediakan pasokan beras untuk konsumsi nasional. Pemerintah pun perlu memperhitungkan cadangan beras terkait dengan pasokan beras.
“Di negara lain, dampaknya berpengaruh pada stok pangan. India sudah menghentikan ekspor, begitu pula dengan Vietnam. Kita tidak ingin hal serupa terjadi di negara kita, oleh karena itu, segala sesuatunya harus dipersiapkan,” kata Presiden.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif akan saling menguatkan. Hal ini menyebabkan musim kemarau tahun ini menjadi lebih kering dan curah hujan menjadi sangat rendah.
Jika biasanya curah hujan sekitar 20mm per hari, pada musim kemarau ini angka tersebut bisa hanya sekali dalam sebulan, atau bahkan sama sekali tidak ada hujan.
Puncak musim kemarau yang kering ini diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus hingga awal September, dan kondisinya kemungkinan akan jauh lebih kering dibandingkan dengan tahun 2020, 2021, dan 2022.