Gurami bak sang raja dari komoditas ikan air tawar. Dengan ukurannya yang besar, daging yang melimpah, rasa yang gurih dan lezat, ikan ini selalu digemari oleh berbagai kalangan.
Meskipun pasarnya sempat redup karena pandemi, namun gairah ikan dari family osphronemidae ini mulai berangsur membaik. Kini, para pelaku usaha di Kabupaten Blitar mengakui bahwa persentase permintaan terhadap ikan gurami pun mulai menunjukan sinyal positif.
“Perbedaan pas pandemi itu kan penghalangnya PPKM total, sebenarnya kalau gak ada PPKM, pemasaran gurami sudah pasti jalan seperti biasa. Kalau dipersentasekan, orderan gurami yang tadinya 100% saat waktu normal hanya bisa dilakukan 40% saat pandemi.
Nah kalau sekarang sudah berangsur-angsur normal kembali, mungkin bisa dikatakan 70% dari jumlah permintaan normal,” jelas Deni Widayanto salah satu pembudidaya dan pemasar gurami.
Saat pandemi, banyak dari pembudidaya yang mengalihfungsikan kolamnya untuk budidaya ikan lain. Hal tersebut tentunya berdampak pada berkurangnya pasokan ikan yang mengakibatkan melambungnya harga gurami di pasaran. Namun, di sisi lain hal ini menjadi berkah bagi para pembudidaya yang konsisten membesarkan gurami.
“Setelah pandemi, bersyukur sekali karena harga gurami naik. Kalau harga normal dulu gurami Rp25.000/kg, lalu saat pandemi itu hanya Rp18.500/kg, nah sekarang alhamdulilah harganya bisa sampai Rp50.000/kg,” ungkap Rojak pembudidaya lain.
Tidak hanya wilayah Blitar, para pembudidaya mampu memenuhi permintaan gurami hingga ke berbagai daerah lain. Diantaranya, hingga ke Semarang, Surabaya dan juga Jakarta.
Budidaya ikan Gurame di Blitar selain mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya, juga ke wilayah lainnya seperti Semarang, Surabaya dan juga Jakarta.
Lokasi pengiriman yang jauh menjadi sebuah tantangan tersendiri. Pasalnya, ikan harus dipastikan tetap dalam keadaan hidup hingga sampai di tujuan. Terlebih proses pengiriman ikan dilakukan dengan menggunakan kendaraan bak terbuka sehingga untuk menjaga mutu, ikan harus sampai kepada konsumen maksimal 3 hari.
“Untuk pengiriman, pertama pastikan kondisi ikan sehat, kedua kelebihan gurami itu gak membutuhkan tambahan oksigen lebih jadi daya tahannya lumayan kuat saat dikirim ke luar kota. Lalu untuk medianya kita pakai jeriken ukuran 35 liter. Isi guraminya disesuaikan, kalau jauh misal ke Jakarta itu bisa diisi 7 ekor. Sedangkan kalau jaraknya gak terlalu jauh bisa diisi 10 ekor,” tutur Deni.
Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi baik bagi pembudidaya, nelayan, maupun pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya. Hal ini turut didukung juga oleh berbagai program terobosan KKP seperti melalui pengembangan kampung budidaya dan dukungan akses permodalan dengan bunga ringan melalui satuan kerjanya Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).