Example floating
Example floating
UMKM

Perwira Polisi Tekuni Bisnis Ikan Nila, Raup 70 Juta / Panen

×

Perwira Polisi Tekuni Bisnis Ikan Nila, Raup 70 Juta / Panen

Sebarkan artikel ini
Perwira Polisi Tekuni Bisnis Ikan Nila
Perwira Polisi Tekuni Bisnis Ikan Nila
Example 468x60

Sleman, Memo |

Perwira polisi dengan Aipda, di tengag kesibukannya, masih mampu memanfaatkan sedikit waktu luangnya, untuk berbisnis. Bisnis yang tengah ditekuninya adalah ternak ikan nila. Tak tanggung tagung, kini mampu merawat 7 kolam berukuran besar, semuanya dipakai pembesaran ikan nila. Setiap panen, dan setiap kolam, mampu menembus angka Rp. 70 juta.

Namanya, Dede Adi Pramugita . Aipda Dede Adi Pramugita, Dusun Sebrang Wetan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Kegiatan mewarawt ikan nila di kolam yang dia miliki, tentu saja kini melibatkan orang lain, sebagai orang yang terlibat setiap harinya. Namun, awal perjuangannya, dia harus memanfaatkan waktu luang, meskipun sangat sedikit . Pasalnya, dia polisi aktif dan harus melaksanakan tugas kenegaraannya sebagai petugas kepolisian.

“Saya ini kan paling tidak bisa kalau berdiam diri di rumah, apalagi saat sedang lepas dinas. Kemudian tahun 2019, saya iseng mencoba bertani nila. Awalnya hanya satu kolam, ternyata hasilnya lumayan, sehingga saya kembangkan dan kini ada tujuh kolam,” ungkap Dede ditemui di kolamnya di Dusun Sebrang Wetan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, dikutip dari KRJogja.

Dari ketujuh kolam itu, Dede mengakui sebagian besar merupakan tanah yang ia sewa dari desa. Satu kolam ikan, rata-rata berukuran 600 hingga 900 meter persegi. Dari sekitar 4 kuintal bibit yang ia tabur tiap satu kolam, ia mampu panen nila sebanyak 2,9 ton. Nila sudah siap panen saat usia 3 bulan 10 hari sejak bibit dimasukkan ke dalam kolam.

Dalam bertani nila, ia memilih metode kincir angin yang bertujuan untuk menambah oksigen ikan-ikannya. “Fungsi kincir untuk menambah oksigen, dengan banyaknya oksigen maka nafsu makan ikan juga lebih tinggi sehingga berdampak pada hasil panen,” jelasnya.

Ikan nila menjadi pilihannya, karena gampang dipelihara. Selain itu, nila juga jarang terserang penyakit dan permintaan pasar yang tinggi. Dede mengakui pernah mengalami titik terendah dari usahanya itu, yakni penjualan nila mengalami penurunan pada awal-awal pandemi.

Namun sejak awal tahun 2021, permintaan nila kembali normal bahkan ia mengaku kewalahan melayani permintaan dari ‘bakul’ ikan. “Saya lakukan usaha ini semua di luar jam dinas, sehingga tidak menganggu tugas pokok sebagai seorang anggota polisi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.