PT Pertamina (Persero) mengungkapkan sejumlah tantangan di industri minyak dan gas (migas) akibat pandemi yang masih berlangsung hingga transisi energi yang ramah lingkungan. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut, bahwa perseroan harus segera melakukan penyesuaian terhadap semua perkembangan yang sedang terjadi.
Nicke mengatakan, perseroan berupaya terus meningkatkan performa dan kinerja pada bisnisnya. Meskipun transisi energi saat ini menjadi isu global namun hingga sekarang sektor migas masih mendominasi energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ia mengaku, pemerintah memang berencana untuk menurunkan persentase migas hingga 2050 mendatang. Hingga saat ini, sektor migas sebesar 32 persen dan akan tirun menjasi 20 persen. Namun, volume meningkat 5 kali lipat.
“Oleh karena itu fokus yang pertama tetap memantaince dan juga mengembangkan. Karena pemerintah juga meningkatkan targetnya kan dari hari ini 700 ribu barel akan ditingkatkan 1 juta barel per hari,” kata Nicke di Balikpapan, Sabtu (8/1).
Selanjutnya, terkait dengan transisi energi fosil menjadi energi baru terbarukan, perseroan akan menjembatani transisi tersebut. Sebab, sektor gas sendiri merupakan energi yang tidak mudah untuk dipindahkan. Sehingga memerlukan pengembangan Infrastrutur gas.
“Membangun infrastruktur gas agar transisinya smooth dari fosil energi ke renewable energy,” ungkapnya.
Terkahir, Nicke menambahkan, Pertamina mulai mengembangkan energi baru terbarukan atau yang ramah lingkungan. Sehingga, pihaknya juga harus mengatur dari sisi organisasinya agar tantangan tersebut dapat hadapi. “Oleh karena itu kita kemudian sesegera mungkin melakukan restrukturisasi dengan membentuk 6 subholding,” pungkasnya.