Para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa Jakarta berpotensi terendam dalam beberapa puluh tahun mendatang karena kombinasi berbagai faktor, termasuk pemanasan global dan penurunan tanah.
Pada tahun 2021, Presiden Amerika Serikat Joe Biden secara mengejutkan menyebut kemungkinan Indonesia harus memindahkan ibu kotanya akibat tenggelamnya Jakarta, dalam pidato yang membahas ancaman terbesar Amerika, yaitu perubahan iklim.
Biden menyampaikan keprihatinannya, menggambarkan potensi migrasi massal dan persaingan atas lahan subur jika permukaan laut terus naik 76,2 cm lagi.
NASA, lembaga antariksa AS, melalui pengukuran satelit, telah mencatat kenaikan permukaan air laut secara global hingga 101,2 mm (10,1 cm) sejak 1993 hingga 2 Mei 2022, dengan laju kenaikan rata-rata 3,3 mm setiap tahunnya.
Faktor pemanasan global juga berkontribusi pada perluasan air laut yang mengakibatkan kenaikan permukaan air.
Penting untuk dicatat bahwa penurunan tanah juga memainkan peran penting dalam permasalahan ini. Banjir rob yang semakin sering terjadi di wilayah pesisir, termasuk Jakarta, menjadi indikator kuat akan tenggelamnya daerah tersebut. Bencana ini terjadi saat air laut naik dan membanjiri permukiman pesisir.
Krisis Kenaikan Air Laut vs Penurunan Tanah: Jakarta di Ambang Tenggelam
Para pakar, termasuk Heri Andreas dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menyoroti bahwa kenaikan air laut hanya menyumbang sebagian kecil terhadap banjir rob di Jakarta. Mereka menegaskan bahwa penurunan muka tanah menjadi faktor utama yang membuat wilayah DKI Jakarta semakin terancam.