Jakarta-memo.co.id
Para pengrajin sudah banyak yang membuka usaha dalam pembuatan kerajinan ataupun membuka industri kerajinan. Namun di Jakarta sangat langka yang membuka usaha dalam hal bidang industri kerajinan. Hanya sebagian orang yang membuka usaha industri kerajinan.
Di zaman yang modern ini sudah sangat langka yang membuat dan menjual kompor minyak. Apalagi di zaman modern ini masyarakat memasak sudah tidak menggunakan kompor minyak dikarenakan mengikuti program pemerintah untuk menghilangkan subsidi bahan bakar minyak. Pemerintah membuat program untuk menggunakan bahan bakar gas untuk mengurangi pemakaian kompor minyak dan menyarankan masyarakat menggunakan gas elpiji untuk memasak guna mengurangi polusi udara dan pemborosan dalam pemakaian bahan bakar minyak dan juga untuk mencegah kebakaran yang sering disebabkan oleh penggunaan kompor minyak.
Seperti Pak Syahroni (48), yang umurnya sudah hampir mencapai setengah abad ini masih membuka usaha kerajinan pembuatan kompor minyak. Pak Syahroni membuka industri kerajinan pembuatan kompor minyak sudah dari tahun 2006. Pada saat Pak Syahroni memulai usaha membuat kompor minyak, pada saat itu hampir semua masyarakat menggunakan kompor minyak untuk memasak. Pendapatan Pak Syahroni pada saat itu hampir satu juta rupiah perhari. Pendapatan tersebut dihasilkan dari penjualan kompor minyak yang dibuatnya. Pak Syahroni mempunyai anak buah atau karyawan sebanyak 5 orang. Namun pada saat program pemerintah untuk menghilangkan penggunaan kompor minyak berjalan atau sukses, nasib para pengrajin kompor minyak ini menjadi sangat memprihatinkan.
Pak Syahroni membuka usaha pengrajin pembuatan kompor minyak berada di daerah Cawang, Jakarta Timur atau biasa orang sebut sebagai Cawang kompor. Pada saat program penggunaan gas elpiji belum ada, sangat banyak di daerah Cawang yang membuka usaha kerajinan pembuat kompor minyak.
Hingga saat ini hanya beberapa para industri kompor minyak yang masih bertahan.
Pak Syahroni hanya bisa bersabar dikarenakan sudah sangat sedikit pembeli hasil kerajinannya, hanya para pedagang kaki lima yang masih membeli hasil kerajinannya, seperti membeli dandang atau langseng.
“Sekarang saya hanya bisa bersabar dan berdo’a demi memberi nafkah anak dan istri saya dari hasil membuat kompor minyak, ya walaupun hanya pedagang kaki lima yang masih sering membeli ataupun memperbaiki dandang yang rusak” ujar Pak Syahroni di lokasi usahanya.