“Pertunjukan semacam ini tidak menghargai tokoh-tokoh kita di Jember yang sangat agamis. Sangat tidak sejalan dengan peradaban masyarakat Jember,” kata Hafidi.
Hafidi menyebut pemilihan Gus dan Ning semalam mengentak moral dan mental. “Kenapa sampai terjadi hal semacam itu, dalam kondisi kita di Jember yang sangat agamis. Masa dengan kondisi semacam ini hanya rusak karena hal semacam itu? Orang yang waras akan melihat bahwa hal semacam ini tidak pantas dipertontonkan,” katanya.
“Ini bukan urusan soal sok apa. Ini urusan peradaban, urusan akhlak, urusan Jember religi. Banyak tokoh-tokoh nasional muncul dari Jember, dan itu tokoh-tokoh agama. Masa harus ada hal semacam itu, tanpa ada pengawasan. Saya sungguh prihatin apabula Pemkab Jember membiarkan hal semacam ini terjadi,” kata Hafidi.
Merespons protes itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember Harry Agustriono meminta maaf atas kejadian tersebut. “Saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh warga Jember, terutama kepada para tokoh ulama dan seluruh elemen masyarakat karena adanya kekurangan dalam Gus dan Ning semalam,” katanya.
“Kami berusaha tetap menjunjung tinggi semangat generasi bangsa untuk berkreativitas yang sesuai kaidah dan norma berlaku. Kami berharap hal tersebut tidak mengurangi tujuan utama pemilihan Gus dan Ning Jember. Kami berupaya memberikan ciri dengan penggunaan batik khas Jember yang menjadi kebanggaan kita bersama,” kata Harry.