“Yang perlu kita khawatirkan adalah peradangan yang berlebihan. Penyakit jantung, diabetes, banyak jenis kanker, dan penyakit autoimun, semuanya pada dasarnya dimulai karena adanya respons peradangan yang tidak tepat,” tambahnya.
Abdul-Sater mengungkapkan bahwa diperlukan sekitar enam hingga delapan minggu untuk melihat dampak kebiasaan olahraga secara nyata. Hal ini dibandingkan dengan tikus yang tidak banyak bergerak.
“Ada banyak perubahan yang terjadi dalam sirkuit saraf, seperti bagaimana sel-sel bernapas, bagaimana sel-sel memetabolisme glukosa, dan bagaimana sel-sel kemudian mengakses DNA. Semua hal itu memerlukan waktu,” jelasnya.
Pada tahap berikutnya, Abdul-Sater dan kolaborator dari universitas akan mengumpulkan sel-sel kekebalan dari sukarelawan manusia. Mereka akan melakukan olahraga dengan berbagai intensitas untuk melihat mana yang
Dalam kesimpulannya, penelitian ini menyoroti bahwa olahraga ringan secara teratur dapat berperan penting dalam meningkatkan kesehatan kekebalan tubuh dalam jangka panjang.
Dengan mengubah cara sel-sel bernafas dan mengakses DNA, olahraga dengan intensitas sedang melatih prekursor makrofag di sumsum tulang, sehingga membantu menjaga respons inflamasi tubuh yang seimbang.
Hal ini penting karena respons peradangan yang tidak tepat dapat menjadi pemicu penyakit serius seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit autoimun.
Oleh karena itu, memperhatikan kebiasaan olahraga ringan dapat menjadi strategi yang efektif dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.