MEMO, Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) telah mengumumkan kompetisi bergengsi, Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) 2023, yang akan menjadi ajang perlombaan bagi ribuan santri di seluruh Indonesia dalam membaca, menerjemahkan, dan memahami Kitab Kuning.
Lomba yang diselenggarakan di Pesantren Sunan Drajat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini menawarkan hadiah total senilai Rp2,7 miliar, yang terdiri dari uang, medali, dan tropi.
Acara ini bertujuan untuk memotivasi santri dalam meningkatkan kemampuan keilmuan agama Islam serta merawat tradisi keislaman pesantren.
Kemenag Siapkan Hadiah Rp2,7 Miliar untuk Lomba Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional
Kementerian Agama (Kemenag) telah menyiapkan hadiah senilai Rp2,7 miliar untuk Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN), sebuah kompetisi dalam membaca Kitab Kuning, yang akan diikuti oleh ribuan santri dari seluruh Indonesia.
“Hadiah tersebut berupa uang, medali, tropi, dan insya Allah nilainya di atas kantor wilayah. Secara keseluruhan, total hadiah mencapai Rp2,7 miliar,” kata Mahrus, Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Mahad Aly Kemenag, dalam konferensi pers pada hari Selasa (4/7/2023).
Mahrus menjelaskan bahwa kompetisi ini diikuti oleh 2.207 khafilah, yang terdiri dari 1.459 peserta kompetisi, 595 pembina, dan 153 orang tim ofisial.
“Setiap provinsi mengirimkan peserta sesuai dengan kategori kompetisi yang diikuti, mulai dari marhalah ula, marhalah wustha, dan marhalah ulya,” tambahnya.
Tradisi Keilmuan Agama di Pesantren dan Pentingnya Kitab Kuning dalam MQKN 2023
Waryono, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, berharap bahwa kegiatan ini dapat memotivasi dan meningkatkan kemampuan santri, terutama dalam melakukan kajian dan pemahaman ilmu agama Islam yang bersumber dari Kitab Kuning.
Waryono menjelaskan bahwa salah satu kekhasan pesantren yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya adalah kekuatan tradisi keilmuan agama. Pesantren selalu mengajarkan Kitab Kuning sejak lama.
“Melalui tradisi kajian Kitab Kuning, doktrin-doktrin yang terdapat di dalamnya, yang bersumber dan merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama, menjadi ruh dan jiwa yang menggerakkan serta mengarahkan kehidupan pesantren,” katanya.