Indonesia menghadapi tantangan serius akibat fenomena cuaca ekstrem seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD), yang menyebabkan gelombang panas dan kekeringan. Hal ini berdampak signifikan terhadap sektor pertanian dan pasokan air bersih di negara ini.
Media Channel News Asia (CNA) dari Singapura melaporkan bahwa sekitar 92% wilayah Indonesia melaporkan musim kemarau yang lebih ekstrem dari biasanya akibat dari peristiwa El Nino 2019 dan IOD positif. Lebih dari 48 juta orang di seluruh Indonesia menghadapi penurunan akses air bersih, dan beberapa wilayah menghadapi krisis air bersih yang parah. Situasi ini menuntut langkah cepat dan solusi komprehensif untuk mengatasi dampak buruk dari cuaca ekstrem ini.
Channel News Asia Ungkap Dampak Buruk Cuaca Panas di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang terkena dampak dari fenomena cuaca panas, dan ini disebabkan oleh kehadiran El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang menyebabkan suhu meningkat. Fenomena ini berdampak pada sektor pertanian di Indonesia, seperti yang telah dilaporkan oleh Channel News Asia (CNA) dari Singapura pada Senin, 31 Juli 2023. Media tersebut menyoroti wilayah-wilayah di Indonesia yang terdampak oleh cuaca panas ini.
Salah satu wilayah yang mendapat sorotan adalah Desa Ridogalih di Jawa Barat. Dilaporkan bahwa sumur dan sungai di wilayah tersebut telah mengering sejak bulan Juni yang lalu. Media tersebut menjelaskan bahwa persawahan yang dulunya subur dan hijau, kini berubah menjadi tanah gersang dengan batang-batang padi yang sudah layu.
Data dari pemerintah juga dikutip oleh media tersebut, yang menunjukkan bahwa sekitar 92% wilayah Indonesia melaporkan musim kemarau yang lebih ekstrem dari biasanya akibat El Nino 2019 dan IOD positif. Dampaknya adalah sekitar 48,5 juta orang di Indonesia mengalami penurunan akses terhadap air bersih.
Pada tahun tersebut, situasi darurat juga diumumkan di provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kekeringan Melanda: 48 Juta Orang Kehilangan Akses Air Bersih
CNA juga melaporkan tentang gagal panen di Papua bulan sebelumnya. Di Sragen, Jawa Tengah, lebih dari 3.000 orang di empat kecamatan mengalami krisis air bersih dan harus mengandalkan pasokan air yang disediakan oleh badan penanggulangan bencana setempat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan pemerintah daerah dan badan usaha milik negara untuk menyisihkan dana guna membantu masyarakat yang terkena dampak kekeringan. Beliau juga menyatakan kesiapan pemerintah untuk memberikan bantuan pangan dan subsidi guna mengatasi kemungkinan kenaikan harga akibat gagal panen.
Masyarakat Indonesia juga dihimbau untuk hemat air, seperti yang diutip dari Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan. Mereka diminta menggunakan air hanya saat benar-benar dibutuhkan dan menahan diri dari aktivitas yang membutuhkan air. Musim kemarau membuat udara menjadi lebih kering dan sarat debu, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyebaran penyakit.
Indonesia, sebagai negara berpenduduk 270 juta, idealnya harus memiliki minimal 4.000 bendungan dan waduk untuk menampung air saat musim hujan dan mengalirkannya kembali saat musim kemarau. Namun, hingga saat ini, negara ini hanya memiliki 235 infrastruktur tersebut.
Pakar teknik lingkungan dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menyatakan bahwa Indonesia masih jauh dari mencapai angka ideal tersebut dan hal ini tentunya tidak akan mudah.
Tidak hanya di Indonesia, kekeringan juga menjadi ancaman di negara-negara lain di berbagai belahan bumi, termasuk Jerman dan Panama. Di Panama, otoritas telah membatasi kapal-kapal yang melintasi Terusan Panama, jalur perdagangan antara Samudera Pasifik dan Atlantik, karena El Nino telah menyebabkan kondisi yang lebih kering dan menurunkan permukaan air di Danau Gatun, yang menjadi bagian dari aliran terusan.
Dalam situasi yang demikian, penting bagi Indonesia untuk terus mencari solusi dan menghadapi tantangan perubahan cuaca ini dengan berbagai upaya, termasuk pengembangan infrastruktur air yang lebih baik guna mengatasi kekeringan dan memastikan pasokan air bersih bagi masyarakat.
Selain itu, upaya penghematan dan efisiensi dalam penggunaan air juga sangat diperlukan agar dampak dari cuaca ekstrem seperti El Nino dapat diatasi secara lebih baik.
Dampak El Nino dan Kekeringan di Indonesia: Ancaman Serius Bagi Pertanian dan Pasokan Air Bersih
Kesimpulannya, menghadapi fenomena cuaca ekstrem seperti El Nino dan kekeringan memerlukan tindakan dan kerjasama dari semua pihak. Dengan langkah-langkah yang tepat dan solusi berkelanjutan, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari cuaca ekstrem ini dan melindungi sektor pertanian serta pasokan air bersih bagi masyarakat.