Faisal menekankan bahwa beberapa menteri merasa terganggu oleh intervensi tersebut, terutama terkait dengan penggunaan anggaran negara untuk kegiatan politik tertentu.
Teknokrat Siap Mundur, Stabilitas Kabinet Terancam
Faisal menyatakan bahwa menteri yang ingin mengundurkan diri akan melakukannya pada waktunya. Ia juga menyoroti pentingnya para menteri mundur demi menyelamatkan kepentingan negara. Dalam percakapannya dengan petinggi partai, Faisal menyebutkan bahwa Sri Mulyani dan Basuki adalah yang paling siap untuk mengundurkan diri.
Sebelumnya, media asing Reuters melaporkan bahwa beberapa tokoh yang pernah bekerja sama dengan Presiden Jokowi merasa dikhianati, khususnya oleh pemimpin yang dianggap sebagai simbol generasi kepemimpinan baru.
Beberapa mantan loyalis Jokowi, termasuk Andi Widjajanto, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur Badan Ketahanan Nasional dan secara terang-terangan mengkritik presiden. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa beberapa menteri kabinet Jokowi merasa terkejut dan bahkan hampir menangis setelah keputusan pengadilan terkait syarat pencalonan Gibran sebagai cawapres.
Meskipun demikian, tidak ada menteri yang terlibat dalam pertemuan tersebut yang bersedia mengomentari laporan Reuters.
Dinamika Internal Kabinet: Tantangan Stabilitas dan Respons Presiden Jokowi
Faisal Basri menegaskan bahwa menteri yang termasuk kategori teknokrat akan mengundurkan diri pada waktunya, khususnya mereka yang merasa terganggu oleh intervensi politik yang berlebihan. Standar nilai etika yang tinggi menjadi poin kunci dalam keputusan para menteri, yang menolak melanggar aturan yang telah mereka anut.
Para menteri, seperti Sri Mulyani dan Basuki, dianggap siap untuk mundur demi kepentingan negara. Meskipun begitu, dinamika ini menciptakan ketidakpastian terkait kestabilan Kabinet Indonesia Maju. Seiring pernyataan kontroversial dan kekecewaan dari beberapa mantan loyalis Jokowi, seperti Andi Widjajanto, terungkap bahwa keputusan politik, termasuk pencalonan Gibran sebagai cawapres, memicu pergeseran internal yang signifikan di lingkaran kekuasaan.
Hal ini meruncing pada ketidaksetujuan dan perasaan dikhianati oleh beberapa pihak, menciptakan tantangan tersendiri dalam menjaga kohesivitas Kabinet. Bagaimana Presiden Joko Widodo merespon dinamika internal ini akan menjadi penentu arah politik pemerintahan ke depan.