MEMO,Tangeran: Dalam upaya mengatasi tantangan banjir dan kekeringan yang semakin intens akibat perubahan iklim, Indonesia gencar membangun infrastruktur tambahan berupa 50 bendungan baru.
Langkah ini diungkapkan oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, yang menekankan pentingnya adaptasi terhadap fenomena cuaca ekstrim.
Dalam Seminar Nasional Bendungan Besar 2023, dibahas isu-isu krusial seputar keamanan bendungan dan peranannya dalam mendukung energi terbarukan.
Inovasi Bendungan: Solusi Banjir dan Kekeringan di Indonesia
Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah berhasil membangun 61 bendungan, dan rencananya akan menambah 50 bendungan baru lagi.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam acara di Tangerang pada Sabtu (9/12/23).
Isu Penting: Adaptasi Bendungan terhadap Perubahan Iklim Global
Menurut Menteri Basuki, kebutuhan akan tambahan tampungan air menjadi sangat penting mengingat cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. “Kita tidak punya opsi lain dalam mengatasi banjir dan kekeringan kecuali dengan menambah jumlah bendungan. Selain itu, kita juga perlu membangun lebih banyak embung,” ujarnya.
Beliau menekankan pentingnya untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam membangun dan mengelola bendungan. “Jika selama ini kita hanya membangun bendungan dengan tipe yang sama, seperti bendungan rockfill, ke depannya kita perlu melakukan inovasi,” tambah Basuki.
Pendapat Menteri Basuki didukung juga oleh Sekretaris Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Airlangga Mardjono, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum KNI-BB. “Seminar Nasional Bendungan Besar 2023 bertema ‘Keamanan Bendungan dalam Menghadapi Beban Ekstrim dan Perubahan Iklim’ sangat relevan dengan kondisi saat ini,” ungkapnya.
“Isu-isu seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim, dan aspek kebencanaan telah menjadi tantangan global yang memengaruhi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di seluruh dunia,” tambahnya.
Airlangga juga mengajak semua pihak terkait, mulai dari pemerintah, akademisi, industri, organisasi, hingga masyarakat, untuk berkolaborasi dalam seminar ini. “Semoga hasil dari seminar ini dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan pengetahuan teknis mengenai bendungan,” harap Basuki.
Seminar Nasional ini diselenggarakan oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) bekerjasama dengan Komite Nasional Untuk Bendungan Besar (KNI-BB). Ada lima isu utama yang diangkat dalam seminar ini, yakni adaptasi bendungan terhadap perubahan iklim, tantangan pembangunan bendungan dan tanggul di masa depan, keamanan bendungan dan tanggul dalam menghadapi cuaca ekstrim, keamanan bendungan terhadap gempa, serta peran bendungan dan waduknya dalam mendukung energi baru dan terbarukan.
Dengan pembangunan 61 bendungan dalam 10 tahun terakhir dan rencana tambahan 50 bendungan baru, Indonesia menegaskan komitmennya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Inovasi dalam jenis bendungan serta peran seminar-seminar terkait menjadi langkah kunci dalam membangun solusi adaptasi terhadap cuaca ekstrim.
Kolaborasi lintas sektor diharapkan akan menghasilkan strategi yang lebih kuat dalam membangun dan mengelola bendungan yang efisien serta ramah lingkungan, sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa depan.