MEMO, Jakarta : Ribuan massa aksi dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) mengguncang Jakarta dalam protes mereka terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan. Gedung DPR/MPR RI dihadapkan pada situasi yang mendebarkan, dengan pengalihan kendaraan dan kerumunan orang yang memadati area sekitarnya. Ini merupakan aksi damai ketiga yang diorganisir oleh para nakes, sebagai bentuk penolakan terhadap RUU Kesehatan yang sedang diajukan.
Aksi Damai Nakes di Jakarta: Protes Terhadap RUU Kesehatan Dilakukan untuk Kali Ketiga
Pihak kepolisian telah memulai pengalihan kendaraan roda dua dan empat yang ingin melewati gedung DPR/MPR RI di Jakarta. Langkah ini diambil karena ada sejumlah massa aksi yang terdiri dari tenaga kesehatan (nakes) yang sedang melakukan protes terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan.Ini merupakan kali ketiga para nakes menyampaikan protes mereka kepada pemerintah dan anggota DPR terkait RUU Kesehatan. Aksi protes ini diadakan di depan gedung DPR/MPR Jakarta dan diikuti oleh ribuan orang.Pada pukul 09.00 WIB, tim kami dari RRI.co.id melaporkan bahwa pengalihan jalan dilakukan di Jalan Pemuda yang mengarah ke Palmerah. Para pengendara yang datang dari Jalan Gatot Subroto tidak diperbolehkan melewati depan gedung DPR hingga ke Slipi Petamburan.Berdasarkan informasi yang kami dapat, aksi Tolak RUU Kesehatan yang pertama kali dilakukan dimulai sejak tanggal 28 November 2022. Kemudian diikuti oleh aksi damai pada tanggal 8 Mei dan 5 Juni 2023.Ribuan massa aksi telah berkumpul di depan gedung DPR sejak pukul 07.00 WIB. Mereka berasal dari lima organisasi profesi medis dan kesehatan, yaitu PB IDI, PPNI, IBI, PDGI, dan IAI.
Protes yang dilakukan oleh ribuan nakes di depan gedung DPR/MPR RI menegaskan ketidakpuasan mereka terhadap RUU Kesehatan. Pengalihan kendaraan dan kerumunan massa yang tergabung dalam lima organisasi profesi medis dan kesehatan menunjukkan keberanian dan ketegasan mereka dalam menyuarakan perlawanan. Meskipun demikian, pemerintah dan anggota DPR tetap dihadapkan pada tuntutan dan masukan dari tenaga kesehatan, dan perlu adanya dialog yang konstruktif guna menyelesaikan ketegangan yang ada.