Selain Jepang, Indonesia juga membuka peluang kerja sama strategis dengan China melalui forum energi ICEF ke-7. Dalam kesempatan ini, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah telah mengembangkan peta jalan komprehensif untuk mencapai net zero emission di sektor energi. Salah satu peluang besar yang ditawarkan adalah pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kayan dengan kapasitas 13.000 MW dan di Mamberamo, Papua, dengan kapasitas 24.000 MW.
“Ini adalah peluang besar yang kami tawarkan kepada China untuk berkolaborasi. Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri,” kata Bahlil.
Pemerintah Indonesia juga terus mendorong implementasi energi hijau dengan berbagai langkah strategis, seperti menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap dan mengembangkan teknologi rendah emisi seperti CCS/CCUS. Selain itu, penggunaan energi terbarukan dari tenaga surya, panas bumi, dan hidrogen akan menjadi prioritas utama.
Di sisi lain, permintaan akan energi bersih juga diarahkan pada penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai, biofuel, serta manajemen energi yang lebih efisien. Semua upaya ini bertujuan untuk mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan dan mencapai dekarbonisasi secara menyeluruh.
Dengan sinergi antara potensi lokal dan teknologi internasional, langkah besar menuju masa depan yang lebih hijau kini semakin dekat.