Karena motif ekonomi tersebut, meski tampang Pak Kades Jati Alun-alun itu tak begitu menjanjikan, mau saja Ratih dipacari dan sekaligus di keloni Wardoyo. Setiap Pak Kades mampir ke rumahnya, pastilah diservis luar dalam. Ibarat mobil begitu, itu namanya “tune up” tambah sporing balansing, biar jalan Pak Kades jadi semlintir.
Jika Wardoyo ini Kades Bulang sendiri, warga tentu tak mencurigai, karena dia berkunjung ke rumah warganya. Itu pun di jam-jam yang layak, bukannya malam-malam seperti yang dilakukan Kades Wardoyo ini. Tapi kehadiran Kades Bulang ini memang mencurigakan. Dia bisa berjam-jam di sana, bahkan nginep segala, Nantinya pulang pagi-pagi dengan wajah ceria, namanya juga habis “ganti olie” dan amplas platina sekalian.
Beberapa hari lalu Kades tetangga desa itu jadi pokok pembahasan rapat RT. Warga sepakat untuk digerebek langsung. Tapi ada juga yang memberi pendapat beda. Katanya, diberi tahu sebagai peringatan, baru kalau bandel digerebek. “Telaten amat, sudah niru KPK saja, tanpa pemberitahuan langsung digerebek. Nanti tersangkanya kan ada dua.” Kata warga yang disenting opinion (beda pendapat).
Benar saja. Beberapa malam lalu saat Pak Kades itu masuk rumah Ratih langsung digerebek. Hasilnya mereka sedang “ketanggungan”, karena sedang bergulat antara hidup dan mati. Entah siapa yang punya inisiatif, keduanya langsung diarak menuju Kantor Balai Desa. Pak Kades yang memang kenal dengan pelakunya, seakan tak enak sehingga meneruskan kasus itu kepada polisi Polsek Prambon. Resikonya paling-paling, dipaksa mundur dari kedudukannya.