[ad_1]
Kerajaan Kediri berhasil menguasai bandar dagang paling ramai di Pulau Jawa kala itu. Bandar dagang milik Kerajaan Jenggala yang berada di muara Sungai Porong berhasil dikuasai Kediri di bawah pimpinan Raja Jayabaya. Konon bandar dagang ini merupakan yang teramai kedua di Nusantara, setelah pelabuhan bandar dagang di Sriwijaya yang ada di Pulau Sumatera.
Penguasaan bandar dagang oleh Kerajaan Kediri tak terlepas dari kurang kuatnya angkatan perang Kerajaan Jenggala, yang membuat dengan mudah dikuasai Jayabaya. Dikutip dari buku “Hitam Putih Kekuasaan Raja – Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Tahta, dan Wanita” karya Sri Wintala Achmad, ketiadaan angkat perang yang kuat ini dimanfaatkan betul oleh musuh-musuh Jenggala.
Salah satu yang mulai mengincar eksistensi Kerajaan Jenggala tentu adalah Kerajaan Kediri. Ya, Kediri pasca Sri Samarawijaya turun tahta mencoba kemungkinan untuk menguasai wilayah muara sungai yang memiliki lokasi strategis perdagangan di Jawa Timur.
Kerajaan Kediri yang menghasilkan pertanian memiliki angkatan perang yang kuat. Di bawah kekuasaan Sri Kamesywara Kerajaan Kediri mulai membentuk angkatan perang yang kuat. Sri Kamesywara bertekad menyatukan dua Kediri dengan Panjalu. Dari penyatuan tersebut akhirnya Kerajaan Kediri memiliki angkatan perang yang kuat.
Meski memiliki angkatan perang tangguh tapi nafsu Sri Kamesywara menguasai wilayah muara Sungai Porong masih menemui halangan. Saat itu muara Porong yang di bawah kekuasaan Kerajaan Jenggala dengan rajanya Mapanji Garasakan, dikenal cukup memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan para pedagang dari berbagai negara. Hal ini menjadikan Kerajaan Kediri masih menunggu momen melakukan penyerbuan.