Dalam dunia ekonomi yang terus berubah, suku bunga pinjaman yang mendasarinya memiliki dampak besar terhadap negara-negara yang membutuhkan bantuan keuangan seperti yang disediakan oleh International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia.
Artikel ini akan membahas pandangan Joseph Stiglitz, seorang ekonom terkemuka yang meraih Penghargaan Nobel, mengenai pentingnya mengoreksi kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS, The Fed, yang digunakan sebagai patokan oleh IMF dan Bank Dunia.
Selain itu, kita juga akan melihat kritik Stiglitz terhadap diagnosa inflasi yang salah oleh The Fed dan implikasinya bagi perekonomian Amerika Serikat.
Pandangan Joseph Stiglitz: Perubahan Kebijakan IMF dan Bank Dunia yang Mendesak
Dewan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia telah menjadikan tingkat suku bunganya sebagai patokan untuk membantu negara-negara lain, mengacu pada suku bunga yang diterapkan oleh Bank Sentral AS, yang juga dikenal sebagai The Fed. Namun, saat ini The Fed telah menetapkan suku bunga yang tinggi.
Jika suku bunga terus tinggi seperti saat ini, pinjaman yang diberikan oleh IMF dan Bank Dunia akan menjadi beban yang berat bagi negara-negara yang membutuhkan bantuan ini. Joseph Stiglitz, seorang ekonom Amerika Serikat yang juga meraih Penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi, mengungkapkan keprihatinannya tentang situasi ini.
Stiglitz mengajak Indonesia dan negara-negara lain untuk bersama-sama mendorong IMF dan Bank Dunia untuk merevisi kebijakan mereka terkait suku bunga yang tinggi dari Bank Sentral AS, The Fed. Ia menyatakan bahwa hal ini sangat penting karena IMF dan Bank Dunia menggunakan suku bunga The Fed sebagai dasar untuk menentukan suku bunga pinjaman mereka.
Menurut Stiglitz, IMF seharusnya hadir untuk membantu negara-negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, bukan untuk membuat situasinya semakin sulit. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Indonesia, Stiglitz menyatakan, “Maka dari itu, komunitas global, negara-negara berkembang, Indonesia, dan negara lainnya harus bertemu dengan Bank Dunia dan IMF. Lalu, mereka harus mengusulkan perubahan kebijakan yang diterapkan oleh The Fed.”
Inflasi dan Suku Bunga Tinggi: Analisis Kritis Terhadap Kebijakan The Fed
Selain itu, Stiglitz juga mengkritik The Fed karena salah mendiagnosa penyebab inflasi yang tinggi di Amerika Serikat. Menurutnya, kesalahan dalam mendiagnosa inflasi ini menyebabkan The Fed terus-menerus menaikkan tingkat suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dengan cepat dan menjaganya pada tingkat yang tinggi untuk jangka waktu yang lama. Tujuannya adalah untuk mengendalikan permintaan agregat.
Stiglitz berpendapat bahwa inflasi tinggi di Amerika Serikat sebagian besar disebabkan oleh masalah pasokan, bukan oleh permintaan yang kuat. Ini terjadi karena pasokan barang dan jasa terganggu oleh pandemi COVID-19 dan konflik di Ukraina-Rusia.
Dia memberikan contoh bahwa sejak pandemi dan konflik Ukraina-Rusia, pasokan chip untuk kendaraan menjadi langka, yang pada gilirannya meningkatkan harga kendaraan. Namun, di beberapa negara, mereka tidak mengatasi masalah ini dengan menaikkan suku bunga acuan.
Stiglitz menekankan bahwa penanganan masalah pasokan ini telah berhasil dalam beberapa kasus, dengan harga kendaraan yang stabil dan penurunan harga minyak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu diperlukan untuk menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi.
Pentingnya Perubahan Kebijakan Suku Bunga: Pandangan Joseph Stiglitz
Joseph Stiglitz dengan tegas menyatakan bahwa penting bagi komunitas global, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk menghadap IMF dan Bank Dunia dan meminta perubahan kebijakan yang diterapkan oleh The Fed.
Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu negara-negara yang membutuhkan bantuan keuangan tanpa memberatkan mereka dengan beban suku bunga yang tinggi.