Lonjakan penggunaan AI, sebagai contoh, telah memicu peringatan ekonom tentang kemungkinan adanya pergeseran di pasar tenaga kerja. Hingga 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia dapat diotomatisasi melalui AI generatif.
Laporan dari Forum Ekonomi Dunia bahkan menyebutkan bahwa sekitar 14 juta posisi pekerjaan bisa lenyap dalam lima tahun mendatang.
Ketika memberikan kesaksiannya di depan Kongres, Altman menyatakan bahwa potensi penggunaan AI untuk memanipulasi pemilih dan menyebarkan disinformasi adalah salah satu hal yang paling mendesak perhatiannya.
Dua minggu setelah pertemuan tersebut, Altman bergabung bersama ratusan ilmuwan, peneliti, dan pemimpin bisnis dalam bidang AI untuk menandatangani surat yang menekankan pentingnya “mengurangi risiko kepunahan yang mungkin disebabkan oleh AI, selain juga mengatasi risiko sosial seperti pandemi dan perang nuklir.”
Peringatan ini menjadi berita yang disorot secara luas di berbagai media, dan beberapa orang bahkan berpendapat bahwa peringatan tersebut menunjukkan perlunya mempertimbangkan skenario apokaliptik dengan lebih serius.
Dampak Kecerdasan Buatan: Antara Kemajuan dan Ancaman Bagi Umat Manusia
Namun, seiring dengan pertumbuhan teknologi, Altman dan banyak ilmuwan dan pemimpin bisnis AI lainnya berusaha untuk memitigasi risiko yang ada. Mereka menekankan pentingnya mengatasi risiko kepunahan akibat AI dan menandatangani surat yang menggarisbawahi urgensi tindakan global.
Dengan demikian, pengembangan AI tidak hanya menawarkan potensi perkembangan, tetapi juga harus diiringi oleh pertimbangan yang mendalam dan bijaksana tentang dampaknya bagi manusia. Keberlanjutan peradaban manusia dan masa depan teknologi AI harus seimbang.