Jadwal Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tingkat sekolah dasar (SD/MI) sampai lanjutan atas (SMA/SMK) sebentar lagi akan dibuka.
Dari sejumlah lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta mulai tampak berlomba lomba mencari simpati masyarakat agar bisa mendapatkan siswa didik baru sebanyak banyaknya.
Kompetisi itu dilakukan dengan berbagai macam cara. Mulai menyebar brosur, memasang baliho dan spanduk yang berisi program unggulan dan prestasi sekolah.
Namun ada sebagian lembaga sekolah memilih cara lain mungkin dianggap lebih efisien dan tepat sasaran. Meskipun harus rela mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit demi menarik simpati masyarakat.
Dari data yang dihimpun bahwa tersiar kabar di sejumlah lembaga sekolah dasar negeri diwilayah Kecamatan Tanjunganom menjelang PPDB kali ini kompetisi antar lembaga sekolah untuk mendapatkan murid baru diwarnai persaingan tidak sehat.
Menurut keterangan beberapa nara sumber bahwa masing masing lembaga memiliki orang kepercayaan yang ditugasi mencari masa. Orang kepercayaan tersebut bisa berasal dari wali murid atau anggota komite sekolah.Bisa juga bekerjasama dengan guru TK atau MI.
Bentuk kerjasama tersebut tentunya didasari sistem saling menguntungkan.Lembaga diuntungkan dengan perolehan jumlah siswa baru yang masuk.Sedangkan bagi perantara diuntungkan karena mendapatkan fee yang sudah disepakati. ” Untuk besaran fee tergantung perolehan calon siswa baru,” terang salah satu nara sumber yang enggan namanya ditulis.
Fakta yang berkembang saat ini masih dikatakan nara sumber potensi terjadinya persaingan tidak sehat biasanya terjadi pada dua lembaga sekolah yang berada dalam satu lokasi.
” Biasanya jauh hari sebelum pendaftaran siswa baru dibuka, pihak lembaga sudah memberi tugas kepada perantara untuk mensosialisasikan tentang pemberian perlengkapan alat sekolah kepada calon wali murid secara gratis alias cuma cuma ,” tutur nara sumber juga.
Jenis perlengkapan alat sekolah yang diberikan dari masing masing lembaga lebih jauh dikatakan nara sumber berbeda dan bervariasi. ” Ada sepatu, seragam khas, seragam olah raga dan sejumlah uang semuanya diberikan gratis kepada calon siswa baru,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut seperti dikatakan Sunaryo selaku anggota DPRD Nganjuk dari komisi D bahwa tindakan lembaga seperti itu tidak dibenarkan. Hal tersebut menurut dia secara tidak langsung mencoreng kewibawaan dunia pendidikan.
” Lembaga sekolah diminati masyarakat karena berbagai indikator. Bisa karena sarana prasarana belajar memadahi, SDM tenaga pendidik mumpuni termasuk prestasi sekolah serta kenyamanan lingkungan sekolah sangat menunjang,” tegasnya.
Kalau budaya suap terjadi dilembaga sekolah hanya gara gara takut tidak mendapatkan murid baru masih dikatakan Sunaryo ini sangat ironi sekali dan memalukan. ” Ini PR komisi untuk segera mendapat perhatian khusus,” ucap politisi dari PDIP ini. (adi)