PLN (Persero) telah mencapai tonggak bersejarah dengan mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia. Dengan produksi sebanyak 51 ton hidrogen hijau per tahun, PLN berkomitmen untuk memimpin dalam transisi energi ke masa depan yang lebih bersih.
Hidrogen hijau ini, yang diperoleh dari sumber-sumber terbarukan, bukan hanya menjadi sumber energi, tetapi juga berpotensi mengubah wajah transportasi di Indonesia.
PLN Resmi Operasikan Green Hydrogen Plant Pertama di Indonesia
PLN (Persero) secara resmi mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia, yang mendukung PLN dalam memproduksi sebanyak 51 ton hidrogen hijau setiap tahun. Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menjelaskan bahwa GHP adalah sebuah inovasi yang bertujuan untuk menjawab tantangan dalam transisi energi. Salah satu manfaat besar dari hidrogen adalah sebagai bahan bakar untuk transportasi.
“Perkembangan masa depan dalam bidang transportasi tidak hanya bergerak ke arah penggunaan listrik, melainkan juga menuju penggunaan hidrogen. Oleh karena itu, PLN sebagai pemain kunci dalam transisi energi terus berusaha untuk menyediakan energi bersih bagi masyarakat,” kata Darmawan.
Hidrogen hijau yang dihasilkan oleh PLN Nusantara Power diproduksi menggunakan sumber daya dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terletak di area PLTGU Muara Karang. Selain itu, hidrogen hijau juga diperoleh melalui pembelian Renewable Energy Certificate (REC) yang berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang.
Darmawan menjelaskan, strategi untuk transisi energi ini tidaklah monolitik, tetapi merupakan usaha bersama dari berbagai pihak. Semua alternatif dan kemungkinan skenario telah dipertimbangkan dengan cermat, sehingga transisi energi ini dapat berjalan dengan lancar.
Dari total produksi hidrogen sebesar 51 ton per tahun, sekitar 8 ton digunakan untuk keperluan operasional PLTGU Muara Karang, sementara 43 ton sisanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lainnya.
Ke depannya, PLN berencana untuk terus mengembangkan GHP di 15 pembangkit lainnya, yang berpotensi memproduksi sekitar 222 ton hidrogen setiap tahun. Jumlah tersebut akan mampu mendukung sekitar 650 mobil yang dapat menempuh jarak 100 kilometer setiap hari selama satu tahun.
Darmawan menjelaskan, “Jika saat ini kendaraan berbahan bakar minyak menghasilkan emisi sebesar 2,4 kg CO2 per 10 kilometer, maka dengan penggunaan green hydrogen yang memiliki emisi nol, hal ini dapat mengurangi emisi sekitar 6 ribu ton CO2e per tahun.”
Langkah Awal Menuju Energi Bersih dan Transportasi Ramah Lingkungan
Keberhasilan ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta pelaku industri otomotif yang tengah mengembangkan kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau hydrogen fuel cell electric vehicle (FCEV).
Eniya Listiani Dewi, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, memberikan apresiasi atas inovasi PLN. Dia memperkirakan bahwa kebutuhan akan hidrogen hijau di Indonesia hingga tahun 2060 akan mencapai 32,8 juta ton per tahun.
Menurut Eniya, sekitar 80 persen dari penggunaan hidrogen akan berada di sektor transportasi. Pada tahun 2030, diharapkan FCEV dapat diproduksi di dalam negeri. Saat ini, BRIN telah berhasil membuat prototipe FCEV, yaitu mobil golf dengan mesin berbasis fuel cell dengan spesifikasi 2,5 kilowatt (kW) tipe polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) dan motor penggerak 48VDC/3,7 kW.
“Ke depan, ekonomi kita tidak hanya akan bergantung pada minyak, tetapi juga pada hidrogen. Hidrogen dapat digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari pembangkit listrik, industri terutama petrokimia, perumahan, hingga transportasi,” ungkap Eniya.
Bob Azam, Vice President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), juga melihat kehadiran hidrogen hijau yang diproduksi oleh PLN sebagai langkah positif dalam membangun optimisme pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia.
“Selamat kepada PLN yang telah menghadirkan Green Hydrogen Plant pertama di Indonesia. Ini dapat menjadi bagian penting dalam terciptanya ekosistem hidrogen di Indonesia untuk mengurangi emisi melalui beragam cara, khususnya menghadirkan industri dan mobilitas rendah emisi,” ujar Bob dalam Focus Group Discussion terkait pengembangan hidrogen pada Selasa (10/10).
PLN Resmi Operasikan Green Hydrogen Plant Pertama di Indonesia: Menuju Masa Depan Bersih dan Berkelanjutan
Sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, kehadiran Green Hydrogen Plant pertama ini juga membuka peluang ekonomi yang lebih luas. Dengan keberlanjutan dalam pengembangan GHP, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam industri hidrogen, memanfaatkan sumber daya terbarukan untuk mendukung berbagai sektor, termasuk pembangkit listrik, industri, perumahan, dan tentu saja, transportasi.