Tren pembekuan sel telur di Taiwan menjadi sorotan dengan lonjakan 86 persen permintaan layanan dalam tiga tahun terakhir. Wanita berusia 35-39 tahun memimpin praktik ini untuk mengamankan masa depan kehidupan keluarga. Namun, tingkat kesuburan yang rendah dan peraturan yang masih membatasi wanita lajang menjadi perbincangan penting bagi masyarakat Taiwan.
Tren Membekukan Sel Telur di Taiwan: Potret Kesuburan dan Harapan Masa Depan
Fenomena membekukan sel telur menjadi tren di kalangan wanita Taiwan. Permintaan layanan pembekuan sel telur di Taiwan meningkat pesat, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan dan dilaporkan oleh Reuters. Dalam tiga tahun terakhir, terjadi lonjakan mencapai 86 persen pada jumlah wanita yang melakukan pembekuan sel telur. Mayoritas wanita yang melakukan praktik ini berada pada usia 35-39 tahun.
Tak kurang dari belasan fasilitas kesehatan di Taiwan kini menyediakan layanan pembekuan sel telur, dan popularitasnya semakin meningkat sejak pandemi Covid-19 mereda pada tahun 2022.
Lai Hsing-Hua, pendiri Stork Fertility Clinic yang merupakan bank telur pertama di Taiwan, melaporkan bahwa jumlah pasien baru di kliniknya meningkat hingga 50 persen dari tahun ke tahun. Bahkan, lebih dari 800 wanita telah melakukan pembekuan sel telur di klinik tersebut.
Lonjakan Permintaan Layanan Pembekuan Sel Telur di Taiwan
Salah satu wanita Taiwan yang mengambil langkah membekukan sel telur adalah Vivian Tung, seorang wanita berusia 33 tahun. Vivian harus mengikuti proses pembekuan sel telur dengan menyuntikkan Rekovelle, obat hormonal untuk merangsang produksi telur, selama dua pekan.
Bagi Vivian, tindakan ini merupakan “asuransi” untuk masa depannya. Dia melihat banyak wanita Taiwan yang lebih mandiri, fokus pada karier, dan tidak ingin terburu-buru menikah hanya untuk memiliki anak.
Taiwan sendiri memiliki tingkat kesuburan yang rendah di dunia, dengan angka kesuburan rata-rata hanya 0,89 per wanita. Angka ini menjadikan Taiwan sebagai salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah, setelah Korea Selatan dan Hong Kong.