Sebaliknya, jika inflasi melebihi 3,5 persen, produsen mungkin merasa diuntungkan, tetapi konsumen justru mengalami kesulitan. “Angka 1,57 persen yang kita capai saat ini adalah titik keseimbangan yang cukup baik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Tito menjelaskan bahwa inflasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Inflasi inti (Core Inflation), yaitu inflasi selain dari kategori makanan dan minuman.
- Inflasi bergejolak (Volatile Inflation), yang meliputi makanan, minuman, dan tembakau, dengan harga yang cenderung naik turun.
- Inflasi dari harga yang diatur (Administered Price), mencakup transportasi, tarif listrik, harga minyak, air minum, dan biaya angkutan umum, yang seluruhnya diatur oleh pemerintah.
Ia juga menekankan bahwa daya beli masyarakat dapat dilihat dari inflasi inti. Sebab, kebutuhan makanan dan minuman adalah hal mendasar yang dibeli oleh semua kalangan, baik kaya maupun kurang mampu. Namun, barang dan jasa lain seperti perawatan pribadi, pakaian, alas kaki, dan makanan di restoran menjadi indikator daya beli masyarakat yang sebenarnya.
Meskipun inflasi mengalami sedikit peningkatan, Tito optimis bahwa daya beli masyarakat masih cukup baik. “Meski ada kenaikan, daya beli masyarakat terlihat masih mampu mengimbangi harga yang ada,” pungkasnya.