Sejumlah ilmuwan dunia menyangkal angka resmi kematian akibat Covid-19 yang diumumkan oleh pemerintah China pada bulan Februari.
Dilansir dari laporan The New York Times, para ilmuwan menduga bahwa Covid-19 mungkin telah menyebabkan kematian hingga 1,5 juta orang di China.
Kontroversi ini menjadi perbincangan hangat karena angka kematian yang tinggi tersebut, dengan jumlah penduduk China yang mencapai 1,4 miliar jiwa.
Selain itu, data kremasi dari Provinsi Zheijiang juga menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh pemerintah. Ahli epidemiologi dan demografi dari berbagai universitas pun berpendapat bahwa angka sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi daripada yang diumumkan secara resmi.
Dugaan Penyembunyian Fakta, Apakah China Manipulasi Statistik Covid-19
Beberapa ilmuwan internasional menolak angka resmi dari pemerintah China yang menyatakan bahwa jumlah total kematian akibat Covid-19 adalah 83.150 jiwa pada bulan Februari. Mengacu pada laporan dari The New York Times, diperkirakan bahwa Covid-19 telah menyebabkan kematian sekitar 1,5 juta orang di China.
Jumlah penduduk China secara keseluruhan mencapai 1,4 miliar, sedangkan di Provinsi Zheijiang terdapat sekitar 65,8 juta penduduk. Para ahli epidemiologi dari Hong Kong University juga setuju dengan pernyataan tersebut, menyatakan bahwa jumlah kematian sebesar 1,5 juta orang memberikan perkiraan kasar terhadap angka sebenarnya.
Angka Kematian Covid-19 China Diduga Tidak Akurat, Ilmuwan Bicara!
Profesor Lauren Ancel Meyers dari University of Texas juga ikut menilai situasi ini dengan melihat total angka kremasi di salah satu provinsi. Ahli demografi dari University of North Carolina, Yong Cai, mengindikasikan bahwa kematian 1,5 juta penduduk diperoleh dari data kremasi selama periode lonjakan kematian yang terjadi pada bulan Desember tahun sebelumnya.
“Dampaknya lebih besar dari yang saya perkirakan,” ungkap Dr. Yong.
Data dari Provinsi Zheijiang saja menunjukkan adanya sekitar 171.000 proses kremasi, angka ini mengalami peningkatan sekitar 70 persen dari laporan resmi pemerintah China.
Para ahli epidemiologi bahkan memperkirakan bahwa sekitar 80-90 persen populasi telah terinfeksi Covid-19. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak otoritas lokal dan nasional menahan data kremasi yang sebenarnya, terutama ketika gelombang pertama Covid-19 terjadi pada akhir tahun sebelumnya.
Kontroversi Angka Kematian Covid-19 di China: Penjelasan dari Para Ilmuwan
Ketidaksesuaian data ini juga menimbulkan dugaan adanya penahanan informasi oleh beberapa otoritas lokal dan nasional mengenai angka sebenarnya, terutama ketika gelombang pertama Covid-19 terjadi pada akhir tahun sebelumnya. Penyembunyian informasi semacam ini menghambat upaya transparansi dan akurasi dalam melacak dampak sebenarnya dari pandemi Covid-19 di China.
Kesimpulan dari perdebatan ini menekankan pentingnya transparansi dan kredibilitas data dalam menangani pandemi global seperti Covid-19. Upaya bersama dari para ilmuwan dan pemerintah untuk menyediakan informasi yang akurat dan terverifikasi akan sangat berperan dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat di masa depan.