Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan menunjukkan komitmen dan semangat yang tinggi dalam menghadapi tantangan dari Uni Eropa terkait isu kelapa sawit.
Mereka menyatakan bahwa suasana kerja sama Indonesia-Malaysia dengan Uni Eropa dalam membahas isu kelapa sawit sedang positif dan berjalan dengan baik. Terdapat beberapa keinginan yang diajukan oleh Indonesia dan Malaysia ke Uni Eropa, termasuk peringkat negara dan standarisasi terkait Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO), Malaysian Sustainable Palm Oil System (MSPO), dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Meskipun European Union Deforestation-Free Regulations (EUDR) menjadi ancaman bagi industri sawit Indonesia, Menteri Airlangga dan Luhut menghadapinya dengan keyakinan. Bahkan, Luhut memiliki rencana untuk mengalihkan ekspor crude palm oil (CPO) dari Eropa ke Afrika Selatan.
Permintaan Indonesia-Malaysia ke UE Terkait Standarisasi Sawit
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan bahwa suasana kerja sama antara Indonesia-Malaysia dengan Uni Eropa (UE) terkait masalah kelapa sawit sedang menggembirakan.
“Dalam kunjungan saya kemarin bersama Deputi PM Malaysia, Fadillah bin Yusof, kami telah mencapai kesepakatan untuk membentuk joint task force. Kami berada dalam semangat yang baik untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Pusat pada hari Senin (7/8).
Pada rapat pertama tersebut, Airlangga menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia telah mengajukan beberapa permintaan kepada UE. Pertama, mengenai peringkat negara yang saat ini berada dalam tahap finalisasi.
Kedua, terkait standarisasi. Airlangga menjelaskan bahwa pembahasan ini mencakup Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO), Malaysian Sustainable Palm Oil System (MSPO), dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Langkah Cerdik Luhut: Pindahkan Ekspor CPO dari Eropa ke Afrika Selatan untuk Selamatkan Industri Sawit Indonesia
“Uni Eropa tampaknya dapat memahami dan menerima kekhawatiran dari Indonesia, Malaysia, serta negara-negara lain yang sejalan dengan pandangan kita terkait peringkat negara ini. Proses finalisasi untuk peringkat negara sedang kami lakukan,” paparnya.
“Semua isu termasuk masalah geolokasi sedang dibahas. Produk kehutanan dengan implementing regulation-nya yang akan berlaku pada Juni 2025 harus kita bahas sejak sekarang. Uni Eropa memberikan respon positif terhadap usulan dari Indonesia,” tambah Airlangga.