Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Isa Rachmatawarta, menyoroti pentingnya percepatan penurunan stunting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam upaya mengatasi masalah stunting, APBN mengalokasikan dana sebesar Rp34,15 triliun pada tahun 2022 dan Rp30,4 triliun pada tahun 2023.
Penekanan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan angka stunting di Indonesia menjadi fokus utama pemerintah dalam menjalankan tiga intervensi yaitu intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.
Pemerintah Menetapkan Dana Rp34,15 Triliun pada 2022 dan Rp30,4 Triliun pada 2023 untuk Percepatan Penurunan Angka Stunting
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Isa Rachmatawarta, menyampaikan bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), prioritas utama adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi angka stunting di Indonesia.
Isa menjelaskan bahwa APBN mengalokasikan dana untuk percepatan penurunan angka stunting melalui tiga jenis intervensi, yaitu intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan, yang melibatkan berbagai instansi dan sektor.
“Dana yang dialokasikan untuk mendukung percepatan penurunan angka stunting adalah sebesar Rp34,15 triliun pada tahun 2022 dan Rp30,4 triliun pada tahun 2023,” ujar Isa, seperti yang dilansir pada Jumat (21/7/2023).
Selain itu, Isa juga menyebutkan bahwa pemerintah memberikan bantuan sosial kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, seperti melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
Menurut Isa, untuk memajukan Indonesia, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang lebih unggul dan produktif.
“Kami merancang anggaran negara dengan cukup memperhatikan agar anak-anak kita dapat tumbuh sehat dan menjadi individu yang cerdas. Perhatian APBN terhadap anak-anak mencakup berbagai bidang.
Kami ingin memastikan bahwa anak-anak ini mendapatkan akses vaksinasi yang memadai, asupan makanan yang cukup, pendidikan berkualitas, dan sebagainya,” jelas Isa.
Isa juga mengungkapkan bahwa beberapa tahun terakhir, APBN telah mengalokasikan dana yang besar untuk sektor kesehatan sebagai salah satu sektor yang sangat terdampak oleh pandemi.
Namun, perhatian juga diberikan pada sektor lain yang berkaitan dengan kebutuhan anak-anak, seperti sektor pendidikan melalui Program Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah.
Pada tahun 2022, dana sebesar Rp10 triliun dialokasikan untuk 780 ribu mahasiswa, dan pada tahun 2023, dana tersebut meningkat menjadi Rp12,8 triliun untuk 893 ribu mahasiswa.
“Kami tidak mengurangi anggaran untuk bidang pendidikan, bahkan memberikan alokasi dana khusus agar anak-anak dapat mengakses pendidikan secara daring. Itu merupakan biaya ekstra. Kami mendistribusikan akses internet secara gratis kepada banyak siswa dan mahasiswa,” jelas Isa.
Sementara itu, dalam bidang kesehatan dan perlindungan anak, APBN mengalokasikan dana untuk mendukung tugas berbagai kementerian/lembaga, seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA).
Total alokasi APBN untuk mendukung kesejahteraan anak dalam bidang kesehatan dan perlindungan anak adalah sebesar Rp48,3 triliun pada tahun 2022 dan Rp49,4 triliun pada tahun 2023.
Intervensi Spesifik, Sensitif, dan Dukungan Bersama Melibatkan Berbagai Instansi dan Lintas Sektor dalam APBN
Isa menambahkan bahwa stunting merupakan salah satu isu serius dalam bidang kesehatan yang dihadapi Indonesia. Penurunan angka stunting telah menjadi fokus utama pemerintah sejak tahun 2017. Namun, hingga saat ini, angka stunting di Indonesia masih relatif tinggi.
Berdasarkan Survei Status Gizi Nasional 2022, prevalensi stunting mencapai 21,6 persen. Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting mampu turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
“Kami berharap tahun depan angka stunting bisa di bawah 14 persen. Ini merupakan perjalanan yang tidak mudah. Meskipun sudah mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan beberapa tahun lalu, mencapai target 14 persen dalam satu tahun terakhir ini bukanlah hal yang mudah, dan kami harus semakin fokus,” ujar Isa.
Oleh karena itu, Isa berharap semua pihak yang terlibat dalam berbagai program APBN untuk anak-anak Indonesia dapat terus bekerja sama dan mengoptimalkan penggunaan anggaran tersebut.
Menurutnya, masyarakat, keluarga, serta pemerintah perlu memberikan perhatian dan fasilitas yang memadai bagi anak-anak, seperti pendidikan berkualitas, akses layanan kesehatan yang baik, lingkungan yang aman, dan perlindungan dari kekerasan.
“Kepada anak-anak Indonesia, teruslah belajar sebanyak-banyaknya. Jangan lupa untuk terus mencintai negara kita, agar kelak kalian menjadi generasi yang mampu membangun Indonesia lebih baik daripada generasi saat ini,” pungkas Isa.
Percepatan Penurunan Stunting dalam APBN: Kesimpulan Membangun Generasi Indonesia yang Lebih Unggul
Secara keseluruhan, pemerintah bertekad untuk mengurangi angka stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Seluruh pihak, termasuk masyarakat, keluarga, dan pemerintah, perlu terus bekerja sama dan memanfaatkan dana APBN secara maksimal untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan fasilitas dan perhatian yang memadai.
Dengan upaya bersama ini, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih unggul dan mampu membangun Indonesia lebih baik di masa depan.