Lamongan, Memo
Meroketnya harga telur di pasaran belakangan ini, membuat para peternak ayam di Lamongan senang dan gembira. Pasalnya, sebelumnya, para peternak banyak yang bangkrut karena harga pakan mahal dan menghentikan usahanya sebagai peternak aya telur.
Namun, sebagian dari mereka, masih ada beberapa yang bertahan meskipun harga pakan sangat tinggi. Para peternak ayam petelor yang bertahan dan masih menjalankan usahanya itu, saat ini mendapatkan hasil yang baik. Telur telur hasil produsi ayamnya, laku keras di pasaran dengan harga yang sangat tinggi.
Secara terpisah, Plt Dinas Perindustrian serta Perdagangan Lamongan, Muhammad Zamroni mengemukakan, naiknya harga telur ayam ini diantaranya sebab dipengaruhi oleh harga pakan ayam yang naik.
Sementara buat pasokan atau ketersediaan di pasar, Zamroni mengakui sampai waktu ini tak ada persoalan, berarti ketersediaan telur ayam sampai saat ini masih aman serta persediaan masih lumayan.
“Diantaranya dipengaruhi harga pakan ayam yang tinggi. Ketersediaan telur tak ada persoalan, pasokannya masih lumayan,” sebutnya.
Ada Permainan Harga di Tingkat Tengkulak, Selisih Harga dari Petani ke Tengkulak Tidak Seimbang dengan Harga di Pasaran
Meski begitu, mereka khawatir, jika tidak ada campur tangan dari pemerintah, akan dijadikan obyek mafia pedagang telur, yang seenaknya memainkan harga di pasar. Pasalnya, harga yang beredar di pasaran saat ini, yakni Rp. 28 Ribu per kg, di Lamongan, terlalu jauh dari harga belinya di petani ayam telur.
Hardi, satu diantara peternak ayam petelur Lamongan mengakui kalau harga telur di kelas peternak sentuh harga Rp 25.200 per kilo-gram. Dia mengatakan, harga ini cukup membahagiakan buat dirinya sendiri.
Harga itu, menurut Hardi, mengalami peningkatan yang cukup signifikan apabila diperbandingkan di harga telur ayam yang pernah sentuh Rp18 ribu per kilo-gram saat bulan sebelumnya.
“Peningkatan harga telur ayam ini barangkali karena banyak peternak ayam yang kurangi populasi ayamnya waktu harga turun waktu lalu,” kata Hardi
Dia menambah, waktu harga telur ayam turun itu banyak peternak ayam petelur dihadapkan dalam situasi yang paling sulit. Karenanya tingginya biaya produksi gak sebanding dengan harga telur di pasar.
Sebab alasan itu dia, Hardi menilainya, peternak ayam petelur terpaksa sekali kurangi populasi ayamnya, yang setelah itu berakibat di menurunnya pasokan telur ayam di sejumlah pasar. Diluar itu, dia pun mengira permintaan telur di pasar menguat waktu wabah ini.
“Peningkatan harga telur ini barangkali karena permintaan telur kuat di pasar. Mungkin saja waktu wabah penduduk lebih membatasi pengeluaran serta condong memutuskan telur yang kala itu harga murah akan tetapi banyak protein hewani,” ungkapnya.
Secara spesifik tentang harga telur yang saat ini menembus Rp28 ribu per kilo-gram di pasar, Hardi menunjuk ada permainan tengkulak yang berniat mendongkel harga itu, hal semacam itu karena harga telur dari kandang banyak peternak cuman berkisar Rp25 ribu.
“Bila harga di pasar hingga Rp28 ribu itu barangkali ada permainan tengkulak, sebab harga di kandang rata-rata Rp 25 ribu,” jelasnya.