Dalam perdagangan awal Asia, harga minyak mengalami penurunan karena munculnya kekhawatiran terkait permintaan yang bertentangan dengan data ekonomi yang menunjukkan kekuatan.
Melansir dari Reuters, harga minyak Brent mengalami penurunan sebesar 59 sen atau 0,7 persen menjadi US$83,65 per barel, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun 51 sen, atau 0,6 persen menjadi US$79,58 per barel. Penurunan ini mencerminkan dampak dari ketidakpastian pasar akibat beragamnya informasi ekonomi terbaru.
Penurunan Harga Minyak dalam Perdagangan Awal Asia karena Pertentangan Permintaan dan Data Ekonomi yang Kuat
Harga minyak mengalami penurunan pada perdagangan awal Asia hari Jumat (28/7) akibat kekhawatiran mengenai permintaan yang bertentangan dengan data ekonomi yang menunjukkan kekuatan. Menurut laporan dari Reuters, harga minyak Brent turun sebesar 59 sen atau 0,7 persen menjadi US$83,65 per barel.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar 51 sen atau 0,6 persen menjadi US$79,58 per barel.
Sebelumnya, harga minyak mengalami kenaikan karena kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global mulai mereda, terutama setelah munculnya laporan laba yang positif dan data ekonomi AS yang melampaui perkiraan.
Departemen Perdagangan AS bahkan menyatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua mengalami pertumbuhan sebesar 2,4 persen, melampaui konsensus sebelumnya yang hanya sebesar 1,8 persen.
Namun, meskipun data ekonomi yang lebih baik tersebut, kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara guna mengatasi inflasi yang tinggi menimbulkan pertanyaan tentang permintaan jangka panjang terhadap minyak.
Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global Mereda, namun Pertanyaan Tetap Muncul atas Permintaan Jangka Panjang
Baru-baru ini, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, sementara Bank Sentral Eropa juga mengerek suku bunga pada hari Kamis (27/7).