Harga batu bara terus melonjak, mencapai lebih dari US$ 160 per ton, dengan China dan India menjadi pendorong utama di balik tren ini. Apa yang memicu kenaikan ini dan apa dampaknya pada pasar batu bara global? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Dibalik Kenaikan Harga Batu Bara: Pengaruh China dan India
Harga batu bara terus meningkat dan mencapai lebih dari US$ 160 per ton. Berdasarkan laporan dari Refinitiv, pada hari Kamis (21/9/2023), harga kontrak batu bara ICE Newcastle untuk bulan Oktober ditutup pada posisi US$ 160,4 per ton, mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Ini merupakan tren positif jika dibandingkan dengan Mei 2023 lalu, di mana harga batu bara pernah jatuh ke level US$ 130-an per ton.
Menurut Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Alexander Ery Wibowo, kenaikan harga batu bara saat ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dari China. Dia menjelaskan bahwa peningkatan permintaan ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor produksi dan faktor konsumsi di China sendiri.
“Faktor produksi di China terbatas karena beberapa tambang batu bara menghadapi masalah keamanan, sehingga peningkatan produksi di China tidak dapat mengimbangi peningkatan permintaan,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone pada Jumat (22/9/2023).
Selain itu, lonjakan permintaan batu bara di China juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut, terutama sektor industri yang tumbuh sebesar 4,5%.
“Ini terjadi karena Pemerintah China menerapkan stimulus ekonomi, mendorong produksi dan manufaktur untuk meningkatkan produksi,” tambahnya.
Selain itu, ada juga tren peningkatan mobilitas warga negara China seiring dengan libur panjang pada bulan September, yang turut mendorong permintaan impor batu bara.
Kenaikan Harga Batu Bara: Dampak Terhadap Pasar dan Ekspor Indonesia
Namun, perlu diingat bahwa harga batu bara masih sangat dipengaruhi oleh permintaan menjelang libur panjang di China yang akan dimulai pada 29 September. Libur panjang ini akan mendorong peningkatan permintaan, dan industri akan bekerja maksimal untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Di sisi lain, India sebagai pengguna batu bara terbesar kedua di dunia terus meningkatkan penggunaannya setiap tahun. India telah menambah kapasitas pembangkit listrik termal sebesar 25-30 Giga Watt (GW), selain 49 GW unit berbasis batu bara yang sedang dalam pembangunan.
Tingginya permintaan batu bara di India juga dipengaruhi oleh berbagai festival yang dirayakan pada bulan September. Hal ini juga tercermin dari peningkatan ekspor batu bara Indonesia, meskipun ada keterbatasan dalam kapasitas pengiriman.
Dengan meningkatnya permintaan ini, produksi dan penjualan batu bara dari Indonesia juga diperkirakan akan meningkat. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa hingga hari Jumat (22/9/2023), produksi batu bara Indonesia telah mencapai 538,47 juta ton, mencapai 77,53% dari target produksi tahun ini sebesar 694,5 juta ton.
Kenaikan Harga Batu Bara: Permintaan China dan India Mendorong Pasar
Tentunya, perubahan harga batu bara memiliki dampak yang signifikan pada pasar energi global dan ekonomi negara-negara produsen. Kita akan terus memantau perkembangan ini dalam beberapa bulan ke depan untuk memahami bagaimana tren ini akan berlanjut dan berdampak pada industri batu bara global.