Example floating
Example floating
Metropolis

Foto Buya Syafi’i, Jalan Sendirian Naik Kereta KRL ke Istana, Jadi Viral di Facebook

×

Foto Buya Syafi’i, Jalan Sendirian Naik Kereta KRL ke Istana, Jadi Viral di Facebook

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Bogor, Memo.co.id
Siapa tidak kenal dengan tokoh nasional ini, Buya Syafi’i. Usianya sudah 82 tahun. Namun, semangat kemandiriannya dan tidak mau merepotkan orang lain, patut diteladani. Ketika mendapat undangan peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila yang diiniasiasi oleh Unit Kerja Presiden, dia mendatangani forum itu jalan kaki sendirian dengan naik kereta KRL menuju Istana Presiden di Bogor.
Melalui akun facebook/darrazophy, milik direktur Maarif Institute Jakarta, Muhammad Abdullah Darraz, foto foto Buya Syafii menjadi viral di facebook. Setidaknya, ada 1243 akun FB yang memviralkan. Sedangkan postingan photo itu mendapatkan jumlah like 1.500 kali dalam waktu dua hari. Ada 700 komentar ” Ini keteladanan dari seorang Buya,” kata pemilik akun tersebut.
Selengkapnya, Muhammad Abdullah Darras, menuliskannya, begini. Pagi ini selepas subuh tadi, orang tua yang sudah menginjak usia 82 tahun 2 bulan ini bergegas berangkat meninggalkan penginapannya di kawasan Kuningan Jakarta Selatan menuju stasiun KRL Tebet. Dengan tujuan ke Bogor beliau bermaksud menghadiri Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila yang diinisiasi oleh lembaga baru ‘Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila’.

Buya sendiri adalah salah satu bagian dari tim pengarah lembaga ini. Dalam acara ini, Presiden RI membuka dan meluncurkan program ini.

Sehari sebelumnya, beliau sudah berkomunikasi dengan saya, “Direktur, sy otw Kby Lama, tomorrow to Bogor by KRL. Maarif”. Saya kebetulan sedang tugas belajar di Semarang selama seminggu ini tak dapat menemani beliau. Tapi kami di MAARIF Institute sebetulnya selalu siap dengan kendaraan yang ada untuk mengantar-jemput beliau selama beraktivitas di Jakarta dan sekitarnya.

Namun seringkali orang tua yg satu ini dalam beberapa hal, terutama dalam kesahajaan dan kesederhanaannya sangat konservatif dan terlalu ekstrim. Kami sudah tawarkan dengan sedikit paksaan agar Buya mau diantar oleh supir MI. Namun beliau menolak, dan lebih memilih untuk tetap menggunakan KRL di pagi buta menuju Bogor.

Baca Juga  Mutiara dari Solo Yang Dibuang PDIP, Imanuel : Beliau Maghnet Politik

Namun demikian, ketika komunikasi sehari sebelumnya itu, saya tetap berpesan untuk memastikan saja, jika Buya tetap akan berangkat pakai KRL, maka harus ada yang menemani. Kali ini keponakan beliau, Asmul Khairi, tetap setia menemani beliau.

Kesederhaan, kesahajaan, dan sikap untuk tidak mau bergantung pada orang lain serta kemerdekaan jiwa manusia sepuh ini menjadi satu bentuk keteladanan yang harus ditiru, setidaknya bagi kami anak-anak ideologisnya. Mungkin sedikit yang perlu Buya mengerti, sebagai anak-anaknya, seringkali kami cemas dan khawatir dengan sikap “ekstrem” Buya semacam ini. ( nu )

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.