Peralihan pola dari pemakai ke programmer membuat saya sadar jika dalam hasilkan program atau produk, konsumen itu wajib, hingga harus didengar. Coding-an atau tehnis cuma beberapa saja. Bekasnya lebih ke delivery produk dari segi pengalaman pemakai, manfaatnya, dan usaha.
Flip ialah program pertama saya yang digunakan beberapa orang, hingga banyak rintangannya, khususnya dalam pahami pemakai. Pada umumnya, produk dan design Flip itu digenggam sama Rafi Putra Arriyan, co-founder dan CEO Flip. Dalam pada itu, di Flip, saya menggenggam engineering bersama Ginanjar Ibnu Solikhin yang sebagai co-founder. Kami bertiga sebagai teman dekat semenjak kuliah di Kampus Indonesia.
Sepanjang 4-5 tahun awal Flip, itu infrastrukturnya nyaris 100 % saya yang urus yang semuanya hasil belajar sendiri, otodidak, tidak dari kuliah. Menariknya, sebagai engineer, saya ikut peran lakukan beragam peralihan dan perubahan bersamaan dengan masukan dari beberapa pemakai Flip . Maka, semua tumbuh berkembang secara incremental.
Dalam mengangkat tinggi konsumen fokus, kami selalu menyesuaikan diri kami disebelah konsumen. Jika kami ialah konsumen, apa yang ingin konsumen saksikan, apa yang ingin konsumen peroleh, apa yang konsumen tidak ingin saksikan, rasanya bagaimana, sich, saat menggunakan program Flip? Semua feature yang kami menghasilkan ialah dari hasil Flip yang berlaku customer-centric. Flip for Business adalah misalnya.
Di Flip kami mempunyai blameless culture. Kira-kira, tiap ada satu peristiwa, kami selalu membuat post mortem . Maka, seperti rangkuman asal satu permasalahan. Kami tidak konsentrasi pada siapakah yang lakukan kekeliruan, tetapi konsentrasi ke evaluasi, sesuai apa yang diberikan ayah saya ke saya.
Ingat waktu saya menghancurkan computer beliau sama seperti yang saya berikan pada awal? Ya, saya selalu me-refer ke peristiwa itu tiap menyaksikan ada yang melakukan perbuatan kekeliruan.
Coding (Tidak) Pernah Membuat Saya Stres
Jika dipikirkan, mempunyai Flip sebagai program yang digunakan sama beberapa orang dengan coding-an—yang sebagai spirit saya—menjadi ujung tombaknya, itu semestinya membuat saya pusing. Tetapi, untuk saya, coding—serumit apa saja itu—tak pernah membuat saya depresi. Malah kebalikannya, saat saya tidak dapat coding yang lalu buat saya depresi.
Saya ingat di awal mula saat sebelum 2019, sebelumnya ada investasi masuk ke Flip, umumnya kritis yang saya rasakan ialah masalah permasalahan tehnis, misalkan Flip lamban sekali. Tetapi jika saat ini, challenge-nya lebih karena secara status. Saat saya berpindah ke status CTO yang managerial, saya sudah tidak ngoding secara reguler kembali, walau sebenarnya spirit khusus saya ialah coding.
Susah untuk saya untuk sadar, “Luqman, kamu bukan waktunya kembali me-ngoding. Pekerjaan ngoding kamu telah diberikan pada orang lain”. Itu berat sekali. Untuk saya, itu tidak dapat saya tuntaskan secara tehnis karena lebih mengikutsertakan ke hati, seperti kehilangan jati diri, alami kritis identitas dan kritis keyakinan diri. Tetapi pada akhirannya saya sadar, tanggung-jawab saya telah tidak lagi sekedar hanya hal tehnis.
Permasalahan 2 tahun akhir-akhir ini di Flip ialah beberapa masalah yang lebih ke leadership. Alhamdulillah saya dapat menanganinya dengan konsultasi dengan beberapa tutor saya.
Saat ini, tiap saya depresi atau jemu, pelarian saya ialah sharing ke tutor saya, khususnya untuk beberapa masalah yang serius. Tetapi jika sekedar depresi atau jemu biasa, saya bermain sama keluarga atau malah main-main kembali ke spirit saya: coding.
Memberi Faedah Keuangan yang Adil
Di masa datang, dalam soal peningkatan produk, Flip ingin sekali jadi hebat of mind-nya beberapa orang yang saat mereka ingin transaksi bisnis keuangan, mereka ingin kirim atau terima uang, itu cukup gunakan Flip.
Kami ingin terus improve itu yang akan datang, hingga, keinginannya, Flip akan menempel pada beberapa orang: bila terpikirkan ingin kirim atau terima uang, di-Flip saja . Maka, itu dapat seperti gantikan kata kerja “transfer”.
Menariknya, penyeleksian nama Flip awalannya dengan filosofi jika lakukan transfer uang itu segampang mengubah telapak tangan. As easy as flipping your hand. Saya ingat, itu kerap disebut dahulu di awal mula presentasi.
Dalam pada itu, buat masa datang yang lebih jauh kembali, saya punyai gagasan periode panjang ingin buat sekolah coding. Saya ingin hasilkan beberapa orang yang tehnis bagus, kuat dasar asumsinya, hingga dapat berkompetisi dengan tingkat dunia. Dengan sekolah coding ini saya berharap dapat meratakan distribusi talenta orang IT di Indonesia, bukan hanya Jawa-Bali-sentris yang sejauh ini saya alami.
Tetapi, itu masih jauh memang . Maka, coba kita berbicara yang dekat-dekat dahulu saja. Pada intinya, saya ingin terus memberi faedah ke beberapa orang. Di periode saat ini, saya, Luqman Sungkar, coba terus lakukan yang terbaik bersama Flip. Untuk saya, Flip adalah langkah untuk memberi faedah ke beberapa orang dengan memberi service keuangan yang lebih fair.