“Dalam rapat tersebut, terdapat sekelompok individu yang melakukan pelemparan, dengan niatan untuk mengacaukan situasi,” tuturnya.
Budi menambahkan bahwa salah satu anggota kepolisian juga menjadi korban pelemparan batu dari kelompok yang dianggap sebagai pengacau. Sebagai tanggapan atas hal ini, seorang anggota kepolisian mengambil inisiatif untuk menembakkan gas air mata guna menghentikan aksi tersebut.
Budi menjelaskan bahwa beberapa individu yang terlibat dalam tindakan keonaran tersebut sebenarnya bukan berasal dari kalangan warga yang sedang melakukan protes. Ia mengklarifikasi bahwa penembakan gas air mata tersebut ditujukan hanya kepada sejumlah individu tertentu.
“Ada sekelompok individu yang melakukan pelemparan dengan maksud mengacaukan situasi. Beberapa anggota kami juga menjadi korban dari pelemparan ini. Oleh karena itu, kami merasa perlu untuk menggunakan gas air mata demi menjaga situasi agar tidak semakin memburuk,” tegasnya.
Budi melaporkan bahwa pihak kepolisian telah berhasil mengamankan sejumlah individu yang diidentifikasi sebagai provokator dalam aksi keonaran di Dago Elos tersebut.
“Kami telah berhasil mengamankan tujuh orang di Markas Besar Kepolisian Resort Kota, dan ini adalah orang-orang yang tidak berasal dari kalangan warga sekitar Dago. Mereka merupakan individu dari luar yang terlibat dalam perusakan dan pelemparan,” jelas Budi.
Kronologi Kericuhan di Dago Elos: Kepolisian Bantah Menargetkan Warga dengan Gas Air Mata
Dalam kasus kericuhan di Dago Elos, terdapat perbedaan penjelasan antara pihak kepolisian dan warga terkait kronologi peristiwa. Pihak kepolisian menegaskan bahwa gas air mata ditembakkan untuk membubarkan kelompok yang melakukan keonaran, bukan untuk menargetkan warga.
Namun, warga menyatakan bahwa ada ketidaksesuaian informasi yang menyebabkan kesalahpahaman di antara keduanya. Kesalahpahaman ini berujung pada aksi protes warga yang memblokade jalan di terminal Dago. Meskipun terjadi negosiasi dan tindakan persuasif dari pihak kepolisian, situasi semakin memanas akibat kehadiran kelompok pengacau.
Salah satu anggota kepolisian bahkan menjadi korban pelemparan batu dari kelompok tersebut, yang mendorong tindakan penembakan gas air mata. Dalam akhirnya, pihak kepolisian mengamankan sejumlah individu yang diidentifikasi sebagai provokator dari luar kelompok warga protes.
Kesimpulan ini menggarisbawahi perlunya pemahaman yang lebih baik antara aparat kepolisian dan warga untuk menghindari kesalahpahaman serupa di masa depan.