Example floating
Example floating
EKONOMI

Dinikmati China, Hilirisasi Nikel Jokowi Bukan Manfaat Nasional? Fakta!

×

Dinikmati China, Hilirisasi Nikel Jokowi Bukan Manfaat Nasional? Fakta!

Sebarkan artikel ini
Dinikmati China, Hilirisasi Nikel Jokowi Bukan Manfaat Nasional? Fakta!
Dinikmati China, Hilirisasi Nikel Jokowi Bukan Manfaat Nasional? Fakta!
Example 468x60

MEMO

Kebijakan hilirisasi nikel yang diterapkan oleh Presiden Jokowi menuai kritik dari sejumlah pihak, terutama terkait dengan distribusi keuntungan yang dinilai tidak merata. Ekonom Faisal Basri mengutip data resmi pemerintah dan pelaku bisnis untuk mengkritik bahwa sebagian besar keuntungan justru dinikmati oleh China.

Example 300x600

Namun, tanggapan tegas dari pemerintah dan berbagai lembaga menggambarkan pandangan berbeda, dengan menyoroti nilai tambah ekonomi, investasi, dan pertumbuhan daerah yang dihasilkan oleh program hilirisasi nikel. Meski ada berbagai sudut pandang, nyatanya kebijakan ini memberikan dampak nyata bagi ekonomi Indonesia.

Kritik dan Kontroversi Terhadap Kebijakan Hilirisasi Nikel Presiden Jokowi

Kritik terhadap kebijakan hilirisasi nikel dan sejenisnya yang diterapkan oleh Presiden Jokowi telah menuai perhatian. Kritik ini datang dari Ekonom Faisal Basri yang mengungkapkan bahwa 90 persen dari keuntungan yang dihasilkan dari kebijakan tersebut justru dinikmati oleh China. Kritik ini dia sampaikan dengan merujuk pada data resmi dari pemerintah dan pelaku bisnis terkait.

Faisal Basri menjelaskan bahwa data yang ada menunjukkan bahwa nilai ekspor bijih nikel pada tahun 2014 hanya sekitar Rp1 triliun. Angka ini dihitung dengan mengalikan ekspor senilai US$85,913 juta dengan nilai tukar rupiah pada tahun yang sama, yaitu Rp11.865 per dolar AS.

Namun, pada tahun 2022, nilai ekspor besi dan baja yang dihasilkan dari hilirisasi mencapai Rp413,9 triliun. Angka ini dihitung dengan mengalikan nilai ekspor US$27,8 miliar dengan nilai tukar rupiah pada tahun tersebut, yaitu Rp14.876 per dolar AS.

Meskipun terjadi peningkatan nilai ekspor, Faisal Basri mengkritik bahwa hasil uang dari ekspor tersebut tidak sepenuhnya mengalir ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kepemilikan hampir seluruh perusahaan smelter pengolah bijih nikel yang dimiliki oleh China.

Indonesia juga menganut rezim devisa bebas, yang memungkinkan perusahaan China untuk mengambil semua hasil ekspor ke luar negeri atau ke negaranya sendiri.

Namun, pemerintah memiliki tanggapan terhadap kritik ini. Presiden Jokowi merespons kritik dari Faisal Basri dengan menyebut bahwa tudingan tersebut tidak benar. Jokowi mempertanyakan metode yang digunakan Faisal Basri dalam mengkritik kebijakan tersebut.

Ia menyatakan bahwa hilirisasi telah memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan. Contohnya, nilai ekspor nikel yang meningkat dari mentahan menjadi produk hilir telah memberikan dampak positif, seperti meningkatnya penerimaan pajak dan kontribusi terhadap perekonomian nasional.

Kritik Faisal Basri: China Dinikmati Lebih Banyak dari Hilirisasi Nikel

Selain itu, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, juga ikut membantah kritik Faisal Basri. Seto menjelaskan bahwa data ekspor besi dan baja yang digunakan Faisal Basri tidak mencakup perkembangan hilirisasi yang telah terjadi di Indonesia.

Hilirisasi nikel tidak hanya terbatas pada besi dan baja, tetapi juga telah berkembang ke produk-produk seperti nickel matte dan MHP yang memiliki nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.

Pemerintah juga mengklarifikasi bahwa mereka telah menetapkan pemungutan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan royalti atas nikel dan produk pemurniannya. Hal ini bertujuan untuk mendukung hilirisasi dan memberikan manfaat bagi perekonomian nasional.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.