Pasar Pon dulunya hanyalah satu pasar kecil, kemudian oleh Brigjen Soetran, Bupati Trenggalek kala itu, diadakanlah rehabilitasi tepatnya pada tahun 1964, menjadi pasar yang menampung lebih banyak pedagang dan disampingnya adalah terminal angkutan umum.
Namun, seiring perkembangan jaman, terminalnya di pindahkan, Pasar Pon pun hanya dikhususkan untuk aktifitas perdagangan saja.
Lokasi Pasar Pon yang berada di tengah-tengah daerah Pecinan Trenggalek tersebut – jika hendak ke Alun-alun atau pusat pemerintahan Kabupaten, jaraknya hanya sekitar 500 meter saja – , menunjukkan kerukunan antar etnis Cina dan masyarakat Jawa dalam mencari perekonomian.
Sejak Pasar Pon di rehabilitasi, perkembangannya menunjukkan peningkatan dalam hal transaksi jual beli yang menghasilkan perputaran uang, hingga ratusan juta bahkan milyaran.
Apalagi, kala itu sebelum terbakar, jika memasuki tahun ajaran baru, menyambut tahun baru menjelang puasa atau sebelum hari raya Idul Fitri, maka Pasar Pon dipenuhi masyarakat yang hendak berbelanja memenuhi kebutuhan mereka.
Saat pasar yang berada di Jalan Panglima Sudirman itu terbakar dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, pada bulan Agustus 2018, seluruh bangunan hancur dan rata. “Di situ ada sekitar 400 lapak pedagang,” ujar Pariyo, Plh. Bupati Trenggalek kala itu.