Perubahan dalam tingkat hormon, khususnya testosteron, diyakini menjadi faktor utama dalam perubahan ini, yang berdampak langsung pada perkembangan daerah craniofacial (terkait dengan tengkorak dan wajah) pada pria. Salah satu perubahan yang signifikan adalah ukuran wajah menjadi lebih kecil, yang sebenarnya merupakan hasil dari adaptasi fisiologis yang memungkinkan munculnya dagu manusia.
Franciscus menjelaskan, “Apa yang kami katakan adalah bahwa manusia modern memiliki keuntungan pada suatu saat untuk memiliki jaringan sosial yang terhubung dengan baik, mereka dapat bertukar informasi, dan lebih mudah untuk kawin, ada inovasi.” Hal ini berarti bahwa para pria harus lebih toleran satu sama lain, dan ini tercermin dalam perubahan arsitektur wajah mereka.
Penelitian baru ini mendukung pandangan ini dengan menolak teori bahwa dagu muncul akibat aktivitas mekanis seperti mengunyah makanan. Para peneliti memeriksa bagaimana rahang bereaksi terhadap dua jenis tekanan, yaitu pembengkokan vertikal dan wishboning (pembengkokan rahang akibat pengunyahan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti tekanan mekanis ini menyebabkan pertumbuhan tulang baru di daerah dagu.
Sebaliknya, peneliti menemukan bahwa pertumbuhan dagu lebih berkaitan dengan cara beradaptasi setiap fitur wajah manusia dengan pertumbuhan kepala, mirip dengan menyusun potongan puzzle yang berkembang dan berubah bentuk.
Anak-anak, sebagai contoh, memiliki dagu yang datar dan hampir tidak terlihat, mirip dengan manusia purba Neanderthal. Tonjolan tulang ini baru muncul ketika kepala dan wajah manusia tumbuh menjadi dewasa. Nathan Holton menyimpulkan, “Studi kami menunjukkan bahwa penonjolan dagu tidak terkait dengan fungsi mekanis dan lebih cenderung berkaitan dengan dinamika spasial selama perkembangan.”
Mengapa Manusia Modern Memiliki Dagu? Temuan Baru dari Penelitian Evolusi
Dalam penelitian yang melibatkan analisis biomekanik terhadap hampir 40 peserta dari berbagai usia, para peneliti menemukan bahwa kekuatan mekanis, termasuk mengunyah makanan, tidak mampu menciptakan tekanan yang diperlukan untuk membentuk tulang baru pada bagian bawah rahang atau dagu.
Sebaliknya, dagu pada manusia modern ternyata muncul sebagai hasil dari perubahan sederhana dalam geometri wajah, yang terjadi seiring dengan evolusi dari manusia purba ke manusia modern. Selain itu, perubahan dalam gaya hidup manusia, seperti penurunan kadar hormon testosteron dan perubahan dalam dinamika sosial, telah memainkan peran kunci dalam perkembangan dagu ini.
Hasil penelitian ini mendukung pandangan bahwa dagu manusia adalah konsekuensi sekunder dari perubahan gaya hidup dan perkembangan sosial manusia.