Washington, Memo
Dana Moneter Internasional ( IMF) memprediksi kerugian perekonomian global akibat pandemi virus corona dapat menyentuh angka 12 triliun dollar AS atau sekitar Rp 168.000 triliun (kurs Rp 14.000).
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menerangkan, pandemi covid sudah membuat perekonomian global jatuh ke dalam jurang krisis. Karena, 95 persen negara-negara di dunia diprediksi bakal hadapi kontraksi atau pertumbuhan ekonomi di zona negatif.
“Tahun ini, Pasar serta negara berkembang, kecuali China, diprediksi bakal menghadapi pertumbuhan pendapatan per kapita negatif dan juga akan hadapi pukulan lebih besar dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding dengan negara maju pada tahun 2020 sampai 2021,” tulis Georgieva dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).
Georgieva menerangkan, perihal tersebut berisiko terhadap upaya negara-negara di dunia dalam memangkas angka kemiskinan.
Sementara itu dalam sebagian tahun terakhir, dunia tengah menikmati jumlah kemiskinan yang terus menyusut, serta berkurangnya kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju.
“Ada beberapa ciri pemulihan, tetapi cuma akan ada di beberapa tempat serta tidak seimbang di seluruh sektor, negara ataupun daerah,” jelas Georgieva.
Menurutnya, walau sekarang 75 persen negara yang pernah menutup akses masuk, perekonomian dunia belum mencapai titik terang.
“Kita terus belajar bagaimana supaya melakukan pemulihan, serta secara bersamaan terus mencari pemecahan solusi, yaitu kemunculan vaksin yang sangat diharapkan,” ucapnya.
IMF juga memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan menghadapi kontraksi atau tumbuh negatif 4,9 persen tahun 2020 ini. Angka tersebut lebih rendah 1,9 poin persentase bila dibanding dengan prediksi pada bulan April lalu yang memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global menghadapi kontraksi 3 persen.
Lebih lanjut diumumkan, pertumbuhan ekonomi untuk kelompok negara maju diprediksi bakal kontraksi 8 persen pada tahun 2020. Angka tersebut lebih rendah 1,9 poin persentase bila dibanding dengan prediksi April 2020 lalu. IMF memperhitungkan, akan ada hantaman yang lebih hebat dari ekspektasi terhadap perekonomian kelompok negara maju di semester I tahun ini.
Proses pemulihan juga akan ada secara bertahap lantaran kekhawatiran tentang peningkatan permasalahan penularan virus masih lanjut.
Secara berturut-turut, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi kelompok negara maju, yaitu; Amerika Serikat -8 persen, Jepang -5,8 persen, Inggris -10,2 persen, Jerman -7,8 persen, Prancis, -12,5 persen, sedangkan Italia dan Spanyol tumbuh -12,8 persen.
Sedangkan Indonesia, IMF memprediksi bakal menghadapi kontraksi atau tumbuh negatif 0,3 persen pada tahun ini.
Prediksi tentang perekonomian Indonesia ini semakin buruk dibanding WEO pada April 2020. Kala itu, IMF masih memprediksikan pertumbuhan positif pada tahun ini, yaitu pada tingkat 0,5 persen. (ARM)