Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2024 mencapai 5,05% year on year, mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya serta periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% untuk tahun ini, sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Untuk mencapai target ini, pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh presiden terpilih Prabowo Subianto perlu menerapkan strategi yang efektif, dengan memanfaatkan tiga pendorong utama yang diidentifikasi oleh para ekonom.
Strategi Utama Pemerintah Baru untuk Mencapai Target Ekonomi 5,2%
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 5,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan yang tercatat pada kuartal I tahun 2024 serta kuartal II tahun 2023. Sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan mencapai 5,2% sepanjang tahun ini.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, diperlukan strategi khusus, terutama dengan adanya pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan memulai masa jabatannya pada bulan Oktober mendatang. Para ekonom mengidentifikasi tiga faktor utama yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintahan baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Radhika Rao, Senior Economist DBS Bank, salah satu pendorong utama adalah pengembangan fasilitas manufaktur. Ia menjelaskan bahwa Indonesia saat ini sangat bergantung pada sektor komoditas, sehingga pengembangan industri manufaktur yang berbasis pada komoditas dapat menjadi salah satu kunci pertumbuhan.
“Di Indonesia, fasilitas manufaktur sangat bergantung pada sektor komoditas serta proses produksi yang melibatkan downstreaming,” ujar Radhika dalam sebuah acara di Jakarta Selatan pada Selasa, 6 Agustus 2024.
Selain itu, Radhika juga menyoroti pentingnya investasi dalam sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pengalokasian anggaran untuk pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas tenaga kerja.
“Saya percaya bahwa dengan kedatangan pemerintahan baru, jika mereka memulai proses ini, mungkin memerlukan waktu 5 hingga 10 tahun, tetapi ini adalah langkah yang sangat positif. Indonesia memiliki populasi muda yang besar dan kelompok umur produktif yang signifikan, yang menjadi aset berharga,” tambahnya.
Faktor ketiga yang disebutkan adalah belanja investasi, yang dilakukan oleh beberapa negara di Asia pada kisaran 5% hingga 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Radhika menegaskan bahwa pemerintah harus memimpin dalam hal belanja investasi, terutama dalam sektor infrastruktur, dan hal ini akan mendorong sektor swasta untuk mengikuti dan berinvestasi.
“Ketika sektor swasta melihat pemerintah melakukan belanja investasi, mereka juga akan terdorong untuk berpartisipasi dan mendukung investasi yang dilakukan oleh pemerintah,” jelas Radhika.
Dengan memanfaatkan ketiga pendorong utama ini, pemerintahan baru diharapkan dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dan mendukung perkembangan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Strategi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Bawah Pemerintahan Baru
Salah satu langkah penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pengembangan fasilitas manufaktur. Radhika Rao, Senior Economist DBS Bank, menekankan bahwa sektor manufaktur di Indonesia sangat bergantung pada komoditas dan proses downstreaming. Penguatan sektor ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kontribusi industri terhadap perekonomian nasional.