“Gudang milik saya sudah berdiri jauh sebelum gapura ada. Lalu, apa tujuan dari pembangunan gapura ini, lawong justru merugikan kami semuanya. Dulu sewaktu hendak mengaspal jalan, saya juga dimintai sumbangan Rp 10 juta. Sekarang usaha saya seolah-olah dipersulit seperti ini,” terusnya menggerutu.
Terpisah, Kepala Dusun Babatan Samsul Arifin mengaku, tidak tahu menahu perihal pendirian gapura desa tersebut. Sebab, pembangunan gapura dikerjakan oleh sejumlah anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dan beberapa orang warga, tanpa melibatkannya.
“Sabtu malam, beberapa orang anggota BPD dan warga datang ke rumah saya. Mereka mengaku disuruh oleh Kepala Desa, katanya ingin mengajak kerja bakti menguruk tepi jalan aspal. Lalu saya bilang, sebaiknya kerja bakti dilakukan hari Senin saja. Tetapi, mereka justru membangun gapura itu, pada Hari Minggu tanpa sepengetahuan saya,” katanya.
Karena tidak diajak musyawarah, Samsul, mengaku tidak mengetahui maksud pendirian gapura portal di desanya. Sebaliknya, dia ikut merasakan dampak negatif dari pembuat portal itu, karena kini kendaraan angkut hasil pertanian miliknya juga bernasib sama seperti milik Yayuk.
“Saya minta supaya ada alternatif jalan yang bisa dilalui. Jika memang tidak ada, tentunya saya minta supaya gapura ditiadakan,” tegas Yayuk. Dia mengancam akan melaporkan adanya upaya melumpuhkan perekonomian masyarakat itu ke instansi terkait.
Pantauan di lokasi, gapura portal tersebut terbuat dari kerangka pipa besi dan bagian pilarnya dari drum yang diisi material cor-coran. Gapura itu, kabarnya dibuat dengan tujuan menjaga agar jalan tidak cepat rusak, akibat dilalui kendaraan dengan tonase besar.(wing)