Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kekhawatiran terhadap kenaikan harga beras di Indonesia yang terus meningkat. Deputi Gubernur BI, Aida S Budiman, menjelaskan bahwa inflasi akibat kenaikan harga beras berdampak signifikan pada ekonomi domestik.
BI Atasi Kenaikan Harga Beras di Indonesia
Bank Indonesia (BI) telah mengungkapkan kekhawatiran mengenai kenaikan harga beras yang terus meningkat belakangan ini. Menurut Deputi Gubernur BI Aida S Budiman, kenaikan tersebut berdampak pada tingkat inflasi di Indonesia.
Aida menjelaskan bahwa pada bulan Januari lalu, tingkat inflasi mencapai 0,64 persen, yang merupakan kenaikan secara bulanan. Kenaikan ini tercermin dalam survei biaya hidup (SBH) 2022 yang baru dirilis oleh BPS, dengan angka sebesar 3,43 persen.
Inflasi pada kategori makanan yang mudah berubah (volatile food/VF) mencapai 7,22 persen, yang menurut Aida merupakan angka yang cukup tinggi jika dilihat dari SBH.
Kenaikan harga beras juga terjadi di beberapa daerah, seperti NTB yang mencapai Rp12.947 per kilogram, dan hampir Rp18.800 per kilogram di Kalimantan Tengah.
Aida menjelaskan bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang melanda Indonesia beberapa bulan sebelumnya. Saat ini, Indonesia mengalami indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang moderat.
Penjelasan dan Langkah BI untuk Stabilisasi Pasokan
Meskipun saat ini sudah memasuki musim hujan, namun curah hujan baru mencapai 70 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sudah mencapai 77 persen pada bulan Januari.
Hal ini menyebabkan pergeseran periode tanam beras, yang kini dimulai sebagian besar di bulan Januari untuk daerah sentra produksi beras.