Briket arang, populer setelah peristiwa tragis yang melibatkan aktor Korea Selatan, menimbulkan ancaman serius di ruang tertutup. Gas beracun karbon monoksida (CO) dari pembakaran briket arang memiliki potensi merenggut nyawa dan menciptakan risiko serius terhadap kesehatan pernapasan.
Kematian Aktor Korea: Bahaya Karbon Monoksida dari Briket Arang
Briket arang sangat berbahaya jika digunakan dalam ruangan tertutup karena dapat menghasilkan gas beracun karbon monoksida (CO), yang dapat merusak sistem pernapasan.
Popularitas briket ini meningkat setelah kematian aktor Korea Selatan, Lee Sun-kyun (48), yang diduga bunuh diri setelah menghirup asap dari briket arang yang dibakar di dalam mobil di Seoul.
Briket ini bisa dibuat dari berbagai bahan seperti batu bara, arang, atau bahkan tanah gambut. Di Indonesia, briket arang dari tempurung kelapa cukup umum digunakan.
Menurut Inaexport, briket ini sering digunakan sebagai pembakar sisha atau hookah. Selain itu, masyarakat juga sering menggunakan arang yang kualitasnya lebih rendah untuk keperluan barbekyu.
Keunggulan dari briket arang kelapa adalah memiliki titik bakar yang lebih tinggi dan waktu bakar yang lebih lama dibandingkan jenis arang lainnya serta menghasilkan sedikit asap.
Kasus keracunan CO sering terjadi tanpa sengaja karena kurangnya pemahaman tentang bahaya polusi udara di ruangan tertutup. Contohnya adalah kasus kematian seorang pria 42 tahun dan temannya saat memasak barbekyu dengan briket arang di apartemen kecil di Sydney pada Juli 2009.
Risiko Keracunan CO dan Kasus Bunuh Diri: Pelajaran Penting
Setelah selesai menggunakan briket, arang yang masih menyala dimasukkan ke dalam apartemen yang memiliki sirkulasi udara yang buruk. Akibatnya, pria tersebut ditemukan meninggal setelah 1,5 hari dengan kadar CO dalam darahnya mencapai 61 persen.
CO adalah gas tak berwarna, tak berbau, dan tidak menimbulkan iritasi, namun sangat berbahaya karena mampu mengikat oksigen dalam darah lebih kuat daripada oksigen itu sendiri.