Produsen ikan asin di Jepara lesu karena kesulitan bahan baku. Produsen ikan asing di Rembang langsung menurunkan jumlah produksi. Kesulitan mencari garam, jelas menyulitkan mereka. Di Pekalongan, bahkan sebagian besar produsen ikan asin menghentikan sementara produksinya.
Usaha rakyat pembuatan telur asin di Brebes juga tak kalah terpukulnya. Mereka kesulitan mencari garam grosok. Akhirnya mereka mendaur ulang adonan pengasin. Jika biasanya adonan dipakai dua kali, kini dipakai 4 kali untuk mengasini telur itik.
Di Boyolali, warga peternak sapi perah tak kalah paniknya. Garam grosok biasanya mereka pakai untuk untuk campuran ngombor atau memberi minum sapi-sapi ternak. Kini bukan hanya mahal, barangnya pun sulit didapat.
Ini bukan persoalan remeh, tapi justru aneh. Negeri dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia mengalami krisis garam di mana-mana. Alasan bahwa tahun ini merupakan kemarau basah sehingga mengakibatkan banyak petani garam gagal panen, bukan alasan yang tepat juga.
Toh pada tahun 2016 lalu, Indonesia pernah mengalami kemarau yang ‘jauh lebih basah’. Hampir sepanjang tahun turun hujan, namun tidak diikuti keluhan kelangkaan garam di mana-mana.
Semoga segera bisa diatasi. semoga cara Pemerintah mengatasi, bukan dengan membuka keran impor seluas-luasnnya dengan dalih mengatasi kebutuhan dalam negeri. ( ed )