Roy menegaskan, tidak ada urgensi atau kepentingan mengapa ritel modern harus menahan stok minyak goreng di gudang. Selain gudang peritel sangatl terbatas, karena berisikan berbagai macam barang, model bisnis ritel modern adalah pengecer (retailer) yang langsung menjual produk ke end user atau konsumen akhir. Sehingga tidak akan mungkin menjual barang-barangnya kepada agen atau pihak lain lagi.
‘’Bagaimana mungkin dan tidak masuk di akal sehat, ketika saat ini kita sendiri masih belum terpenuhi pasokan berdasar purchasing order (PO) kepada distributor minyak goreng kepada gerai-gerai kami dan selalu langsung habis di beli oleh konsumen dalam waktu 2-3 jam sejak gerai dibuka. Dengan demikian dari mana lagi stok nya untuk menjual ke pasar rakyat,’’ jelasnya.
Aprindo juga menyayangkan adanya dugaan bahwa peritel modern sengaja menghambat penyaluran minyak goreng kepada masyarakat. Dia juga kecewa pada pihak-pihak yang sengaja melakukan penimbunan dan tak segera menyalurkan stok bagi masyarakat.