Setelah menjadi buronan selama empat tahun dalam kasus perusakan hutan atau pembalakan liar, pelarian Hardi Hermawan alias Aseng akhirnya dihentikan Tim Intelijen Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Tim Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur (Jatim).
Pria berusia 71 tahun asal Banjarmasin itu ditangkap di kediamannya Jalan Kuwukan Garuda Kaveling Ramayana Kelurahan Lontar Kecamatan Sambi Kerep, Surabaya, pada Jumat (18/2/2022) sekitar pukul 16.45 WIB. Penangkapan daftar pencarian orang (DPO) pada Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalimantan Tengah itu berdasarkan putusan Kasasi Mahkamah Agung (MA) RI Nomor 854 K/Pid.Sus-LH/2018 tanggal 30 Juli 2018.
Dalam amar putusan, hakim MA menyatakan, Aseng secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melanggar sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 88 ayat (1) huruf a jo pasal 16 UU Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
Atas perbuatannya itu, majelis hakim MA menjatuhkah pidana penjara selama satu tahun dan denda sebesar Rp 500 juta dengan ketentuan. Apabila tidak membayar diganti dengan pidana kurungan selama satu bulan. “Terpidana kami amankan di rumahnya di daerah Sambi Kerep,” kata Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasi Penkum) Kejati Jatim, Fathur Rohman, Minggu (20/2/2022).
Fathur mengatakan, saat dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter Kejati Jatim, terpidana kurang sehat. Kemudian pada Sabtu (19/2/202) pukul 17.00 WIB, Tim Eksekutor Kejari Katingan (Kasi Pidum dan 1 anggota Pidum) didampingi Kasi Intel Kejari Katingan merapat ke rumah Aseng.
Hasil koordinasi bersama Tim Adhyaksa Monitoring Center (AMC) Kejagung, Intel Kejati Jatim dan Intel Kejati Kalteng akhirnya memeriksa kembali kesehatan terpidana yang dilakukan dokter Kejati Jatim dan dokter RS Bakti Dharma Husada. Selanjutnya dilakukanchek up lengkap laboratorium dengan hasil normal. “Sehingga dinyatakan sehat,” imbuh Fathur.
Pada Minggu (20/2/2022) pukul 07.30 WIB, Tim Eksekutor Kejari Katingan bersama dengan Kasi Intel Kejari Katingan selaku pengamanan membawa terpidana yang didampingi istrinya dari RS Bakti Dharma Husada menuju Bandara Juanda Sidoarjo Jatim menuju Kota Palangka Raya. “Terpidana kemudian dibawa Ke Palangka Raya untuk menjalani eksekusi,” tandas Fathur.