Sementara itu, gelombang Kelvin juga diperkirakan aktif di Aceh bagian utara dan Kalimantan Utara bagian utara dalam seminggu ke depan. Aktivitas gelombang ini mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.
Di tingkat global, faktor-faktor seperti Southern Oscillation Index (SOI), IOD, dan Nino 3.4 menurut BMKG tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. Meskipun MJO aktif pada kuadran 1 (belahan Bumi Barat dan Afrika), pengaruhnya terhadap wilayah Indonesia tidak begitu signifikan. Namun, semua faktor ini tetap mendukung potensi pertumbuhan awan hujan.
Selain itu, terdapat beberapa sistem seperti Siklon Tropis Saola di Laut Filipina yang dapat meningkatkan kecepatan angin hingga lebih dari 25 knot (low level jet). Selain itu, konvergensi yang terjadi di beberapa wilayah, seperti Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, Teluk Tomini, Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura, Laut Sulu, Laut Sulawesi, dan Laut Filipina, juga dapat meningkatkan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah tersebut.
Dengan berbagai faktor ini, Pulau Jawa masih harus menunggu hujan lebat untuk datang. Masyarakat di Pulau Jawa perlu tetap waspada terhadap kondisi cuaca yang mungkin berubah sewaktu-waktu.
Pulau Jawa Masih Kering, Berbeda dengan Wilayah Lainnya: Penjelasan dari BMKG
Masyarakat di Pulau Jawa perlu tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi hujan lebat, Pulau Jawa harus bersabar sementara BMKG terus memantau perkembangan cuaca untuk memberikan peringatan dini jika ada perubahan signifikan.