Kerja sama antara Indonesia dan China dalam pembangunan desa dan daerah tertinggal menjadi sorotan utama dalam Benchmarking Study yang baru-baru ini diadakan di China. Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, menyoroti pentingnya pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara kedua negara. Dalam kesimpulan artikel ini, kami akan merangkum poin-poin utama yang dibahas dalam tiga alinea sebelumnya.
Kesimpulan Benchmarking Study: Gus Halim Ungkap Kunci Sukses Kerja Sama
Dalam sebuah acara pembukaan Benchmarking Study di Beijing, China, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, memberikan pidato yang sangat mengesankan. Dalam pidatonya, Profesor Kehormatan Unesa ini menekankan pentingnya kerja sama antarnegara dalam mengatasi tantangan pembangunan di wilayah desa dan daerah tertinggal.
Menteri yang akrab disapa Gus Halim ini mengungkapkan keyakinannya bahwa Indonesia dan China memiliki banyak kesamaan dalam hal pembangunan pedesaan, yang dapat diperkuat melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman.
Dia menyatakan, “Setiap negara memiliki ciri khasnya masing-masing dalam pembangunan, tetapi juga memiliki kesamaan karena beberapa faktor, termasuk kondisi alam. Dalam hal pembangunan desa, Indonesia dan China memiliki banyak kesamaan. Begitu juga dalam hal peradaban dan jumlah penduduk yang sangat besar di China.”
Gus Halim juga mengungkapkan apresiasi terhadap keramahtamahan Pemerintah China dan memberikan penghormatan kepada kepala desa yang berpartisipasi dalam Benchmarking Study. Selain itu, dia menyoroti pentingnya pengalaman dan manajemen keuangan yang baik dalam pembangunan desa.
Gus Halim mengatakan, “Kami sangat berterima kasih atas sambutan hangat ini. Ada banyak hal yang harus dipelajari oleh setiap kepala desa agar pembangunan desa berjalan lebih cepat dan efisien. Salah satunya adalah manajemen keuangan, karena pengelolaan anggaran adalah salah satu kunci penting dalam setiap pembangunan, termasuk pembangunan desa.”
Kemitraan Indonesia-China dalam Pembangunan Desa: Pelajaran Berharga
Selama pertemuan ini, Gus Halim juga menekankan komitmen untuk memperdalam kerja sama praktis di bidang pertanian dan perdesaan antara Indonesia dan China. Benchmarking Study ini diadakan mulai tanggal 15 hingga 25 Oktober 2023 di China, dengan mengirimkan 20 kepala desa dari berbagai provinsi di Indonesia untuk berjejaring dan bertukar gagasan serta pengalaman dengan desa-desa di China.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Kemendes PDTT dengan Ministry of Agriculture and Rural Affairs (MARA) China, dan dianggap sebagai tonggak penting dalam pembangunan perdesaan di kedua negara. Selama Benchmarking Study, diharapkan masing-masing delegasi dapat bertukar pengetahuan dan praktik terbaik dalam upaya mencapai tujuan bersama dalam pembangunan wilayah perdesaan.
Acara ini juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari pemerintah China, seperti Yan Shi, Presiden Institut Manajemen dan Administrasi MARA, yang memainkan peran penting dalam memfasilitasi kerja sama internasional ini.
Yan Shi menyampaikan apresiasi atas kesempatan kerja sama ini dan berkomitmen untuk memberikan pembelajaran dan pengalaman terbaik kepada para peserta. Para kepala desa yang menjadi peserta diharapkan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari saat kembali ke Indonesia.
Selain itu, hadir juga Ni Hongxing, Inspektur Utama Departemen Kerjasama Internasional, MARA, yang menyampaikan bahwa China sedang fokus untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam bidang pembangunan perdesaan dan pertanian.
Kerja Sama Indonesia-China dalam Pembangunan Desa: Pelajaran dari Benchmarking Study di China
Dalam kesimpulan, Benchmarking Study ini merupakan langkah penting dalam upaya mencapai tujuan bersama dalam pembangunan wilayah perdesaan. Kerja sama internasional, seperti yang disoroti oleh Yan Shi dari Institut Manajemen dan Administrasi MARA China, akan memberikan pembelajaran dan pengalaman berharga bagi para peserta, yang dapat diaplikasikan saat mereka kembali ke Indonesia.
Ini adalah langkah positif dalam meningkatkan kerja sama internasional dalam pembangunan perdesaan dan pertanian.