Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki analisis berbeda mengenai Sesar Cugenang yang menjadi sumber gempa di Cianjur pada November 2022. BMKG awalnya mengklaim bahwa Sesar Cugenang menjadi pemicu gempa Magnitudo 5,6 dengan kerusakan besar di Cianjur.
Namun, BRIN melalui hasil studi lapangan mereka pada Juli mengemukakan temuan berbeda. Mereka belum menemukan indikasi sesar aktif dari Sesar Cugenang dan justru menemukan jalur patahan baru yang potensial menyebabkan kerusakan bangunan. Berikut hasil analisis dan kesimpulan dari keduanya.
Penyebab Sebenarnya Gempa Cianjur Menggemparkan BMKG!
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki analisis yang berbeda tentang Sesar Cugenang yang dianggap sebagai sumber gempa di Cianjur. Pada bulan November 2022, BMKG sebelumnya menyatakan bahwa Sesar Cugenang menjadi penyebab gempa berkekuatan Magnitudo 5,6 yang menyebabkan kerusakan parah di Cianjur, Jawa Barat.
BMKG merujuk pada Sesar Cimandiri sebagai pemicu gempa tersebut. Namun, karena jalur kerusakannya tidak sejalan dengan patahannya, para ahli beralih ke kemungkinan lain.
Pada tanggal 8 Januari, BMKG menyampaikan informasi awal tentang bahaya gempa akibat aktivitas Patahan atau Sesar Cugenang. Pemetaan awal ini selesai pada 10 Desember 2022 dan diperbarui 12 hari setelahnya.
Analisis ‘Peta Bahaya Sesar Cugenang’ BMKG didasarkan pada data hasil pemantauan posisi, sebaran, dan magnitudo gempa utama dan susulannya. Analisis ini juga mencakup mekanisme sumber gempa bumi (focal mechanism), analisis makroseismik terhadap pola sebaran intensitas guncangan dan tingkat kerusakan bangunan, analisis directivity frekuensi gelombang gempa, serta analisis spektrum gelombang seismik dan interpretasi anomali gaya berat (gravity).
Data analisis dari lembaga di luar BMKG juga memperkuat analisis mereka, termasuk analisis deformasi permukaan berbasis satelit (InSAR) yang dilakukan oleh peneliti BRIN dan MAPPIN, yang dikenal sebagai “Bapak Dr. Agustan.” Hasil analisis ini sejalan dengan arah jurus yang ditetapkan oleh BMKG, yaitu berarah Barat Laut – Tenggara.
Data kedua yang mendukung analisis BMKG adalah data displacement (perpindahan) Global Positioning System (GPS) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang terpasang di Cianjur dan menunjukkan arah Tenggara pada saat terjadinya gempa bumi utama di Cianjur pada tanggal 21 November 2022.
BRIN Mengungkap Temuan Mengejutkan: Tidak Ada Indikasi Sesar Aktif?
Setelah dilakukan verifikasi lapangan bersama Pemerintah Kabupaten Cianjur di beberapa desa, BMKG menghasilkan tiga zona bahaya gempa bumi, yaitu Zona Terlarang (Merah), Zona Terbatas (Orange), dan Zona Bersyarat (Kuning). Zona Terlarang merupakan zona dengan kerentanan sangat tinggi akibat deformasi dan getaran gempa atau gerakan tanah (longsor).
Zona ini harus dikosongkan dan dilarang pembangunan kembali, dengan prioritas penggunaannya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), Monumen, atau Kawasan Lindung.
Zona Terbatas memiliki kerentanan tinggi akibat deformasi dan getaran gempa atau gerakan tanah (longsor). Konstruksi yang dibangun di zona ini harus mematuhi persyaratan yang sangat ketat untuk Standar Bangunan Tahan Gempa dan/atau Tahan Gerakan Tanah. Di zona ini juga dilarang membangun fasilitas sangat penting dan berisiko tinggi seperti rumah sakit, sekolah bertingkat, fasilitas energi (kilang minyak), dan sejenisnya.
Zona Bersyarat memiliki kerentanan menengah hingga rendah akibat deformasi dan getaran gempa atau gerakan tanah (longsor). Konstruksi yang dibangun di zona ini harus tahan gempa dan/atau tahan gerakan tanah/longsor.
Di sisi lain, BRIN menyajikan hasil studi yang berbeda berdasarkan penelitian lapangan pada akhir Juli. BRIN berdasarkan pemantauan di lima titik di empat desa di Cugenang, Cianjur, selama empat hari, belum menemukan indikasi sesar aktif dari Sesar Cugenang. BRIN juga menemukan jalur patahan atau sesar baru sepanjang 35 meter di Kampung Rawacina, Desa Nagrak, Kabupaten Cianjur pada akhir Juli.
Patahan sesar ini memiliki kedalaman sekitar 15 cm dari permukaan tanah, dan BRIN meyakini bahwa temuan ini dapat menyebabkan kerusakan bangunan yang cukup parah. Tim peneliti BRIN sedang melakukan pemetaan lebih lanjut untuk menggali informasi lebih rinci tentang sesar aktif dan patahan yang ada di wilayah tersebut, dengan menggunakan dua metode pengindraan bawah tanah, yaitu Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar. Hasil riset ini diharapkan akan selesai pada Desember 2023.
Analisis BMKG dan BRIN Terhadap Sesar Cugenang: Penyebab Gempa Cianjur November 2022
Kesimpulan artikel menegaskan bahwa meskipun terdapat perbedaan analisis antara BMKG dan BRIN, penelitian dan pemetaan terus dilakukan untuk memahami penyebab gempa dan potensi risiko di Cianjur. Keseluruhan analisis ini diharapkan dapat memberikan informasi penting bagi upaya mitigasi bencana di masa mendatang.