MEMO
Bupati perintahkan pada petugas untuk melakukan evakuasi penghuni Ponpes di zona merah Gunung Semeru. Sejumlah rekaman video memperlihatkan petugas berusaha mengevakuasi warga dari sebuah komplek bangunan pondok pesantren di tengah Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru.
Namun, penghuni pesantren itu menolak evakuasi dan memilih tetap tinggal di pondok pesantren. Sempat terjadi adu pendapat antara pimpinan pondok dengan para petugas.
Kompleks tersebut berada di komplek Pondok Pesantren Nurul Barokah-Hidayah Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Pemilik pondok dalam video tersebut mengaku tinggal bersama 15 orang santri.
“Ini pondok, seumpama terjadi apa-apa saya yang bertanggungjawab. Ojo koyok ngene. Kita di sini negara hukum pak,” kata pria berbaju gamis putih.
Pria tersebut tetap menolak evakuasi, meski dalam suasana genting. Tampak APG yang mulai menyelimuti kompleks bangunan. Pria tersebut mengaku bertanggungjawab atas para santri.
“Ini saya pengasuhnya pondok. Wis gak usah opo jare aku. Gak usah wis. Sepurane,” katanya.
Petugas pun akhirnya meninggalkan kompleks pondok dengan pesan bahwa telah berusaha mengajak untuk mengungsi. Bila terjadi sesuatu, petugas tidak mau disalahkan karena ajakannya ditolak.
Nurul Yakin, Kapala Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo menjelaskan bahwa petugas telah berusaha membujuk untuk evakuasi. Tetapi memang penghuni pondok menolak untuk dievakuasi.
“Itu gini, memang ada Ponpes di sana, kita dibantu oleh TNI – Polri dan relawan-relawan. Tujuan kita baik untuk mengevakuasi, agar tidak menjadi korban. Cuma orangnya sendiri nggak mau. Cuma Alhamdulillah selamat semua,” terang Nurul Yakin kepada wartawan, Senin (5/12).
Lokasi Ponpes tersebut cukup dekat dengan sungai Umbulan yang oleh petugas sangat mengkhawatirkan. Mereka pun tetap tinggal dalam Ponpes, kendati masyarakat sekitar memilih mengungsi.
Gunung Semeru kembali mengalami erupsi pada Minggu, (4/12) pagi. Awan Panas Guguran (APG) meluncur dari kawah jonggring saloko dengan jarak sejauh 7 km dengan amplitudo maksimal 35 mm. Warga diimbau agar tidak beraktivitas pada jarak tertentu.
Dari laporan tertulis pos pantau Semeru menyebutkan terjadi 8 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 18-22 mm, dan lama gempa 65-120 detik. Gempa ini terjadi selama 6 jam pada periode 00.00 – 06.00 WIB.
“Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi),” kata Mukdas Sofian dalam keterangannya, pada Minggu (4/12).