Prabowo Subianto, nama yang tidak asing dalam dunia militer dan politik Indonesia, memiliki cerita bisnis yang menarik. Meskipun memulai usaha bisnisnya di usia yang agak lanjut, yaitu pada usia 50-an tahun, Prabowo berhasil mengumpulkan kekayaan hingga mencapai angka Rp 2 triliun.
Bagaimana kisah suksesnya terwujud? Artikel ini akan membahas rahasia kesuksesan bisnis Prabowo, mengungkapkan bagaimana kolaborasi dan intuisi peluang menjadi faktor kunci dalam perjalanan bisnisnya.
Bisnis Sukses Prabowo: Intuisi Peluang dan Kolaborasi Sebagai Kunci
Prabowo Subianto bukan hanya dikenal sebagai seorang pensiunan militer, politisi, dan pejabat publik. Sebelum memasuki fase kehidupan yang seperti itu, Prabowo adalah seorang pengusaha. Namun, perlu dicatat bahwa ia tidak menggeluti dunia bisnis sejak muda, melainkan baru memulai usaha bisnisnya di usia yang agak lanjut, yaitu pada usia 50-an tahun.
Akan tetapi, faktor usia tidak menjadi penghambat bagi Prabowo untuk mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis. Bahkan, melalui aktivitas bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan kekayaan hingga mencapai angka fantastis, yaitu sekitar Rp 2 triliun. Lalu, bagaimana kisahnya ini dapat terwujud?
Seperti yang diuraikan oleh George Aditjondro dalam bukunya yang berjudul “Korupsi Kepresidenan” pada tahun 2006, Prabowo baru terjun ke dunia bisnis setelah pensiun dari dinas militer pada tahun 1998. Awalnya, ia mulai terlibat dalam dunia bisnis saat tinggal di Aman, Yordania. Pada saat itu, ia menjadi perwakilan dari kelompok bisnis yang dipimpin oleh adiknya, Hashim, yang bernama PT Tirtamas.
Meskipun demikian, informasi mengenai jejak bisnis Prabowo di Yordania tidak begitu banyak tersedia. Kabarnya, seperti yang dituliskan oleh Femi Adi dalam bukunya yang berjudul “Prabowo: dari Cijantung Bergerak ke Istana” pada tahun 2009, ada indikasi bahwa Prabowo sedang menjajaki bisnis di sektor minyak di Yordania.
Namun, perhatian terhadap bisnis yang dijalani oleh Prabowo semakin meningkat ketika ia kembali ke Indonesia pada awal tahun 2000-an. Mengutip A. Pambudi dalam bukunya yang berjudul “Kalau Prabowo Jadi Presiden” pada tahun 2009, hanya lima tahun setelah pensiun dari dunia militer, Prabowo berhasil memimpin sejumlah bisnis di bawah payung Nusantara Group. Bisnisnya melibatkan berbagai sektor yang luas, mulai dari Kalimantan Timur hingga Kazakhstan.
Awalnya, Nusantara Group bergerak di bidang industri kertas, yang dikenal dengan nama PT Kiani Kertas. Perusahaan ini berlokasi di Berau, Kalimantan Timur, dan awalnya dimiliki oleh seorang tokoh yang dijuluki ‘Raja Hutan’, yaitu Bos Hasan.
Namun, pada dekade 1990-an, pemerintah mengambil alih perusahaan ini karena dianggap dalam kondisi yang kurang sehat. Prabowo kemudian mengakuisisi PT Kiani Kertas dengan harga sekitar Rp 1,8 triliun dan mengubah namanya menjadi PT Kertas Nusantara. Sayangnya, usaha ini tidak mendapatkan kesuksesan yang diharapkan di bawah kepemimpinan Prabowo.
Kisah Inspiratif Prabowo: Dari Militer ke Dunia Bisnis dengan Kekayaan Rp 2 Triliun
Setelah menggeluti bisnis di sektor industri kertas, Prabowo beralih ke sektor bisnis lainnya. Dia terlibat dalam bisnis minyak kelapa sawit melalui PT. Tidar Kerinci Agung, yang didirikan oleh Sumitro Djojohadikusumo pada bulan Juli 1984.
Selain itu, dia juga terlibat dalam bisnis perikanan melalui PT Jaladri Nusantara dan sektor migas melalui PT Nusantara Energy. Selain itu, Prabowo juga memiliki perusahaan di bidang jasa keamanan, yaitu PT Gardatama Nusantara.
Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan Nusantara Energy terbagi menjadi lima unit usaha, yaitu industri kertas, kehutanan dan pertanian, pertambangan, perikanan komersial, serta jasa pelayanan profesional.
Keseluruhan perusahaan yang tergabung dalam Nusantara Energy Group menampung tidak kurang dari 10 ribu pekerja, dengan total aset mencapai sekitar US$ 1 miliar.
Menurut A. Pambudi, kesuksesan Prabowo dalam bisnis ini dapat diatribusikan kepada kemampuannya dalam melihat peluang bisnis yang muncul saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan pasca krisis ekonomi tahun 1998.
Saat perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan dan diambil alih oleh negara, Prabowo muncul sebagai investor baru yang bertekad untuk menghidupkan kembali perusahaan-perusahaan tersebut.
Selain itu, Prabowo juga tidak berbisnis sendirian. Ia mempercayai rekan-rekan politik dan anggota keluarganya dalam mengembangkan bisnisnya. Fadli Zon, dalam situs resmi pribadinya, juga menyebutkan beberapa nama seperti Hashim Djojohadikusumo, Widjono Hardjanto, Bambang Atmadja, dan dirinya sendiri sebagai eksekutif yang turut berperan dalam kesuksesan bisnis Prabowo.
Dua faktor utama ini, yaitu kemampuan dalam melihat peluang bisnis dan kerja sama dengan orang lain, menjadi kunci sukses dalam perkembangan bisnis Prabowo. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Prabowo Subianto, yang kini telah pensiun dari dunia militer, tergolong sebagai salah satu menteri terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai sekitar Rp 2 triliun. Kekayaannya ini selalu menjadi sorotan ketika ia terlibat dalam pemilihan presiden.
Rahasia Kesuksesan Bisnis Prabowo Subianto: Kolaborasi dan Intuisi Peluang
Dua faktor utama yang mendorong kesuksesan bisnis Prabowo adalah kemampuannya dalam melihat peluang bisnis pada saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan pasca krisis ekonomi tahun 1998, serta kerja sama erat dengan rekan politik dan anggota keluarganya.
Prabowo bukanlah seorang pengusaha biasa, tetapi seorang investor yang memiliki visi untuk menghidupkan kembali perusahaan-perusahaan yang hampir mati. Kekayaan Prabowo yang mencapai sekitar Rp 2 triliun bukanlah semata-mata untuk dirinya sendiri, tetapi juga sebagai wujud pengabdian kepada orang lain dan negara.
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, kisah sukses Prabowo Subianto adalah inspirasi bagi banyak orang yang ingin mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis dengan cara yang unik dan kolaboratif.