Ulama Niger, Primate Elijah Ayodele, dengan tegas memperingatkan Presiden AS, Joe Biden, untuk tidak merencanakan serangan militer ke negaranya yang sedang diliputi kudeta. Dalam konteks ini, Ayodele menyoroti implikasi keagamaan dan geopolitik yang mungkin muncul akibat tindakan tersebut, sambil mengaitkannya dengan reaksi Tuhan dan konsekuensi global yang mengkhawatirkan.
Ulama Niger Memperingatkan Joe Biden: Jangan Serang Negeri yang Dilanda Kudeta
Seorang cendekiawan agama dari Niger, yakni Primate Elijah Ayodele, telah mengeluarkan peringatan serius kepada Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Dalam pesannya, ia meminta agar pemimpin yang telah mencapai usia 80 tahun tersebut untuk tidak memberikan perintah terkait aksi militer yang ditujukan kepada negeri Ayodele yang saat ini sedang diliputi oleh suasana kudeta.
Sang pemimpin dari Gereja Spiritual Injili (INRI) ini telah menyuarakan pandangannya bahwa langkah seperti itu sebenarnya merupakan hal yang terkait dengan kekuatan jahat dan ancaman terorisme. Ia dengan tegas menyatakan bahwa tindakan semacam itu justru akan menimbulkan amarah dari Tuhan.
Ayodele merasa perlu untuk menyampaikan pernyataan tersebut setelah terjadinya pergantian kepemimpinan di Niger, di mana Presiden Mohamed Bazoum telah digulingkan oleh kekuatan militer. Kabarnya, Bazoum telah meminta bantuan dari pihak Amerika Serikat agar ikut campur dalam situasi tersebut dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan militer. Kelompok junta ini berhasil merebut kendali negara pada bulan sebelumnya.
“Keterlibatan Amerika Serikat dalam hal ini hanya akan menjadi alat untuk menguasai rakyat Republik Niger dan membawa dunia menuju konflik besar berupa Perang Dunia Ketiga, yang jelas-jelas menentang kehendak Tuhan,” ungkap Ayodele dalam sebuah pernyataan pers yang kemudian diterbitkan oleh berbagai media lokal, seperti yang dikutip oleh RT.
Dampak Keputusan Militer AS Terhadap Stabilitas Niger dan Reputasi Global
Ayodele tetap teguh dalam pandangannya bahwa serangan terhadap negara di Afrika Barat ini juga akan berdampak buruk bagi reputasi Biden dan berpotensi mengakibatkan runtuhnya pemerintahannya. Lebih dari itu, ia pun meyakini bahwa menggunakan tindakan kekerasan untuk melawan kelompok pemberontak dengan maksud untuk memulihkan keadaan setelah kudeta akan berujung pada pembunuhan presiden yang telah digulingkan.
“Biarkanlah rakyat Niger menentukan jalannya masa depan mereka sendiri. Terlibat dalam pertempuran di Niger ibaratnya melawan kehendak Tuhan. Amerika Serikat pasti akan membayar harga yang mahal jika invasi ini benar-benar terjadi,” sambungnya, sambil memberikan peringatan keras kepada Amerika Serikat.
Pemerintahan militer yang baru saja berkuasa di Niger telah menolak seruan baik dari tingkat regional maupun internasional untuk membebaskan dan mengembalikan Presiden Bazoum, yang saat ini masih dalam tahanan sejak kudeta yang terjadi pada tanggal 26 Juli.