Pengurangan emisi bahan kimia perusak ozon di atmosfer, yang diatur oleh Protokol Montreal tahun 1987 dan amandemen terkait lainnya, telah menyebabkan penurunan konsentrasi bahan kimia tersebut dan tanda-tanda pemulihan lapisan ozon di stratosfer.
Kondisi Lubang Ozon di Antartika: Penelitian dan Upaya Perlindungan
Untuk memantau lapisan ozon di atas kutub dan secara global, peneliti NOAA dan NASA menggunakan instrumen di satelit Aura milik NASA, PLTN NOAA-NASA Suomi, dan satelit NOAA-20. Selain itu, Microwave Limb Sounder dari Aura digunakan untuk memperkirakan tingkat klorin yang merusak ozon.
Para ilmuwan juga melacak rata-rata penipisan dengan mengukur konsentrasi ozon di dalam lubang ozon. Di Observatorium Atmosfer Dasar Kutub Selatan NOAA, para ilmuwan menggunakan balon cuaca yang membawa ozon serta spektrofotometer Dobson untuk mengukur ketebalan lapisan ozon.
Pengukuran menunjukkan nilai terendah sebesar 111 Satuan Dobson di Kutub Selatan pada tanggal 3 Oktober. Pengukuran NASA, yang dirata-ratakan pada wilayah yang lebih luas, mencatat nilai terendah sebesar 99 Dobson Unit pada tanggal yang sama.
Pada tahun 1979, konsentrasi rata-rata di atas Antartika adalah 225 Dobson Unit, sementara pada tahun 1989, jumlahnya turun menjadi 127 Dobson Unit.
Penelitian juga menunjukkan bahwa gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, yang meletus pada Januari 2022 dan mengeluarkan uap air dalam jumlah besar ke stratosfer, kemungkinan besar berkontribusi terhadap penipisan ozon yang signifikan pada tahun ini. Uap air tersebut diyakini meningkatkan reaksi penipisan ozon di Antartika pada awal musim.
Meskipun begitu, dampak penuh dari letusan gunung berapi tersebut masih dalam penelitian lebih lanjut. NASA Ozone Watch menyediakan data tentang ukuran maksimum lubang ozon harian Belahan Bumi Selatan untuk setiap tahun dan tanggal terjadinya. Pada tahun 2023, ukuran maksimum lubang ozon harian mencapai 26 juta kilometer persegi.
Penipisan Ozon Antartika Tahun 2023: Ukuran Terbesar dalam 12 Tahun Terakhir