Hasil survei ini menunjukkan adanya pengaruh faktor keagamaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kepatuhan siswa dalam menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi.
Secara umum, ada sekitar 21,1 persen responden yang belum konsisten mengenakan masker. Angka yang lebih mengkhawatirkan juga ditemukan dalam penerapan prokes lain seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan melakukan vaksinasi.
“Proporsi responden yang masih abai untuk mencuci tangan dan menghindari kerumunan mencapai 41,2 dan 64,8 persen. 41,4 persen responden juga mengaku masih kesulitan menerapkan jarak sosial. Sedangkan untuk vaksinasi untuk kalangan siswa menengah baru mencapai 47,4 persen,” tutur Yunita Fela Nisa, salah satu penyaji hasil survei sekaligus peneliti PPIM UIN Jakarta.
Terkait agama, 12,9 persen responden meyakini bahwa vaksinasi bertentangan dengan ajaran agama, dan sebanyak 39 persen siswa percaya bahwa pandemi Covid-19 adalah hukuman dari Tuhan.
Selain itu, sekitar 48 persen responden disinyalir memiliki sikap fatalis, kepercayaan bahwa upaya manusia tidak membawa banyak perubahan karena segala sesuatu tergantung pada kehendak Tuhan, termasuk kesehatan.